1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Nizwar, 12 jam rutin pantau lalu lintas menara Pelabuhan Ketapang

"Saya sudah 25 tahun kerja di bagian ini. Ya waktu liburan kadang hanya kebagian salat Idul Fitri langsung kembali kerja".

M. Saufi hadad Nizwan. ©2018 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Senin, 11 Juni 2018 12:26

Banyuwangi.merdeka.com - Selama arus mudik lebaran Idul Fitri dan hari-hari besar lainnya, pemantauan lalu lintas penyeberangan di Selat Bali antara Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk semakin diperketat.

M. Saufi hadad Nizwan (49), Petugas Informasi Ship Traffic Controle (STC) Pelabuhan Ketapang selalu siaga memantau monitor arus lalu lintas kapal ferry yang menyeberang dari Banyuwangi ke Bali dan sebaliknya.

Setiap detik, menit, selama 12 jam shift jaganya, Nizwan selalu ketat memantau pergerakan lalu lintas kapal. Nizwan mengemban tugas berat untuk mengatur jadwal kapan kapal harus bongkar dan muat.

"Sekarang kapal yang beroperasi totalnya ada 32. Ini sudah padat, tiap muat bongkar 12 menit, kami yang memberi jadwalnya," kata Nizwan sambil kepada Merdeka Banyuwangi, Senin (11/6).

Di depan Nizwan, beragam alat pantau terpasang aktif selama 24 nonstop. Layar sebesar 24 inci yang terhubung dengan satelit terus memantau pergerakan kapal. Di samping kanannya, sebuah alat deteksi kecepatan angin, serta handy talking yang terhubung dengan semua nahkoda kapal.

"Frekwensi 16 ini yang menghubungkan dengan semua nahkoda. Bila ada apa-apa saya bisa langsung terhubung, misalkan ada yang telat atau terlalu lama bongka, bisa kena sanksi," katanya.

Nizwan harus memberi tahu para nahkoda bila kecepatan angin sudah berada di atas angka 20 knot. Apalagi arus penyeberangan di Selat Bali kata Nizwan, sangat kencang.

"Cuaca nggak tentu, arus juga nggak nentu, jadi kapal zig zag, sini arusnya lebih kencang dibanding Pelabuhan Merak Bakauheni," jelasnya.

Dari permukaan ombak dan arus laut Selat Bali memang terlihat tenang, namun sangat kencang di laut dalamnya. Bila ada kapal dengan awak nahkoda baru, kata Nizwan, pasti butuh waktu adaptasi lapangan sekitar satu bulan.

Lalu lintas kapal rata-rata butuh waktu 30 hinga 40 menit untuk menyeberang. Saat kapal sampai tepi dermaga, dia harus mengatur jadwal atntre.

"Kalau Nahkoda baru pasti terlihat, rata-rata kesulitan menguasai medan dengan arus kencang di Selat Bali. Terutama bulan 7-9 angin baratnya kencang," terangnya.

Dari menara pantau setinggi 10 meter, dia bisa melihat keseluruhan pergerakan kapal dengan leluasa.

"Jarak antar kapal normalnya 100-an meter, mereka sudah saling komunikasi untuk antisipasi hal yang tidak diinginkan," ujarnya.

Sudah 25 tahun tidak merasakan lebaran penuh Sebagai petugas jaga lalu lintas di Pelabuhan Ketapang, Nizwan harus standby bila dibutuhkan. Dia bersama enam orang temannya, harus gantian menjaga setiap 12 jam. Masing-masing shif, dijaga oleh dua orang petugas.

"Saya sudah 25 tahun kerja di bagian ini. Ya waktu liburan kadang hanya kebagian shalat Idul Fitri langsung kembali kerja kalau pas waktu jaga," jelasnya.

Dia memprediksi, saat hari H lebaran, Nizwan mendapat bagian jam jaga malam hari, sehingga dia bisa menikmati lebaran di hari pertama bersama keluarganya di Banyuwangi.

Sementara itu, Koordinator lapangan Pelabuhan Ketapang, Sutikno (44) mengaku SDM untuk operator jaga di menara pantau terbatas. Bila ada yang berhalangan jaga, dia yang akan kebingungan.

"Kalau digantikan orang lain belum ada yang bisa. Bila ada apa-apa saya orang pertama yang kena marah. Jadi harus standby, karena tanggungjawabnya memberikan informasi, kapal muat, kapal berangkat, dan memberikan informasi kapal yang terlambat, kalau melewati batas toleransi bisa di-disk" katanya.

(ES/MUA)
  1. Mudik Lebaran 2018
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA