1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Pemkab Banyuwangi dan Bekraf teken MoU kuatkan industri kreatif desa

Berdasarkan data yang dihimpun Badan Pusat Statistik (BPS), sektor ekonomi kreatif di Banyuwangi mengalami peningkatan.

Bupati Anas dan Triawan Munaf. ©2016 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Senin, 10 Oktober 2016 12:19

Merdeka.com, Banyuwangi - Untuk mengembangkan industri kreatif berbasis desa, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi melakukan kerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Republik Indonesia. Pemkab dan Bekraf meneken Memorandum of Understanding (MoU) di sela pagelaran Banyuwangi Batik Festival, Minggu malam (9/10).

Dalam perjanjian tersebut, tertuang tujuh poin tentang pengembangan dan fasilitas ekonomi kreatif berbasis desa. Antara lain; riset, edukasi dan pengembangan ekonomi kreatif, akses permodalan, infrastruktur, pemasaran, regulasi, serta hubungan antar lembaga dan wilayah.

Di sela pertujukan Banyuwangi Batik Festival, Kepala Bekraf Triawan Munaf mengatakan, berbagai inisiatif Pemkab Banyuwangi yang memadukan ekonomi kreatif dengan sektor pariwisata bisa mendorong tumbuhnya industri kreatif. Salah satunya dengan menggelar 53 event untuk memantik pertumbuhan pariwisata.

"Lewat BBF ini salah satunya, bisa memantik ekonomi kreatif untuk pelaku usaha. Sehingga bisa meningkatkan PDRB, lapangan pekerjaan dan ekspor ke luar negeri," ujar Triawan.

Sebelumnya, Triawan sudah berkeliling ke sejumlah pelaku industri kreatif di Banyuwangi. "Potensinya besar. Sebagian bahkan sudah diekspor, namun tidak dilabeli di sini, tapi dilabeli di Jakarta dan Bali," ujarnya.

Dari situ, Bekraf akan mendampingi agar pelaku ekonomi kreatif di tingkat desa bisa tumbuh berkelanjutan. Pihaknya akan menerjunkan tim untuk percepatan transformasi tentang ekonomi kreatif di desa-desa Banyuwangi.

"Tim nanti dikirim untuk blusukan ke desa-desa di Banyuwangi yang dijadikan pilot project, mereka membantu berbagai macam, mulai riset, edukasi, infrastruktur, akses permodalan, pemasaran dan sebagainya," ujar Triawan.

Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan bentuk sinergi ini akan difokuskan langsung ke tingkat pedesaan.

"Karena ekonomi kreatif bukan hanya milik orang kota. Justru di desa-desa ada tantangan berat untuk mengembangkan ekonomi kreatif karena permasalahan SDM dan infrastruktur penunjang. Sinergi ini diharapkan bisa menjawab permasalahan itu," ujar Anas.

Anas mencontohkan, hampir semua pelaku ekonomi kreatif di desa tidak melakukan riset pasar, berbeda dengan di kota besar yang mudah melakukan riset dengan dukungan banyak lembaga. Di desa pula infrastruktur penunjangnya terbatas, seperti keberadaan komputer canggih dengan perangkat lunak desain terbaru.

"Keroyokan bersama Bekraf dan elemen-elemen lain tentu akan mempermudah upaya kita. Kami berterima kasih ke pemerintah pusat, dalam hal ini Bekraf yang mau terjun ke daerah kami," ujar Anas.

Teknis pelaksanaannya nanti, pihak Bekraf akan mendampingi badan usaha yang menjadi pioner pengembangan industri kreatif berbasis desa. Beberapa desa tersebut antara lain; Desa Tamansari, Kecamatan Licin; Desa Gintangan, Kecamatan Rogojampi dan Desa Sumberbuluh, Kecamatan Songgon.

"Bekraf akan membantu desa-desa tersebut dalam hal pengembangan dan peningkatan kualitas produk ekonomi kreatif melalui pelatihan, bantuan alat, permodalan, pemasaran dan pendampingan," ujar Anas.

Pertumbuhan ekonomi kreatif Banyuwangi meningkat

Berdasarkan data yang dihimpun Badan Pusat Statistik (BPS), sektor ekonomi kreatif di Banyuwangi mengalami peningkatan. Beberapa di antaranya di bidang usaha kuliner yang tumbuh 70 persen dari Rp 475,76 miliar tahun 2010 menjadi Rp 811, 7 muliar pada tahun 2014.

Kemudian di sektor furnitur juga tumbuh mendekati angka 60 persen dari Rp 193 miliar menjadi Rp 304,1 miliar. Di Industri kayu, barang anyaman bambu, rotan dan sejenisnya juga mengalami pertumbuhan hampir mencapi 50 persen dari Rp 634 miliar menjadi Rp 941 miliar.

Sedangkan di Industri pakaian (fashion) mengalami peningkatan sampai 53 persen, dari Rp 60 miliar menjadi Rp 92 miliar. Sementara itu, di bidang kesenian dan hiburan tumbuh dari Rp 403 miliar menjadi Rp 564 miliar.

"Itu perhitungan resmi BPS sampai 2014. Tahun 2015 masih perhitungan, kami yakin angkanya lebih tinggi karena rata-rata selalu tumbuh di atas 10 persen per tahun," ujar Anas.

Dari data BPS tersebut, berbagai sektor ekonomi kreatif di Banyuwangi telah menyumbang 5,15 persen untuk peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Akan tetapi, kata Anas, perhitungan tersebut belum mencakup semua subsektor ekonomi kreatif di Banyuwangi.

"Kalau menurut Bekraf kan ada 16 subsektor ekonomi kreatif. Tapi di perhitungan BPS tidak semua terwakili karena ada subsektor yang belum terlalu signifikan perhitungannya di Banyuwangi. Itulah mengapa kami fokus ke sektor-sektor kreatif yang memang berhubungan dengan ekonomi rakyat Banyuwangi," ujarnya.

Ke-16 subsektor kreatif yang dirumuskan Bekraf antara lain; fesyen, kerajinan, arsitektur, aplikasi-pengembangan game, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, film, seni pertunjukan, seni rupa, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, televisi dan radio.

Sementara itu, saat ini Banyuwangi masih fokus menekuni tujuh subsektor, yakni fesyen, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, kuliner, musik dan desain komunikasi visual.

Dari 16 subsektor tersebut, Banyuwangi memilih fokus untuk tujuh subsektor saja, yaitu fesyen, kriya (kerajinan), seni rupa, seni pertunjukan, kuliner, musik dan desain komunikasi visual.

Pilihan tersebut, kata Anas, guna menyesuaikan dengan kebutuhan dan yang punya dampat besar terhadap ekonomi masyarakat.

"Kita punya potensi besar pada tujuh subsektor tersebut. Khusus desain komunikasi visual, itu untuk menunjang semuanya. Produk bagus tapi kalau komunikasi visualnya tak bermutu, produknya tak akan laku di pasar," ujar Anas.

(MT/MUA)
  1. Info Banyuwangi
  2. Info Kota
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA