"Ini tidak bagus kalau sampai bule (wisatawan) tahu ada yang masih BAB di sungai," ujar Anas.
Merdeka.com, Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten (Pemkab)Banyuwangi menargetkan di tahun 2019 semua Desa sudah Open Defecation Free (ODF) atau tidak lagi buang air besar sembarangan seperti di sungai. Hal ini kembali diingatkan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat bertemu dengan kepala Puskesmas se-Kabupaten Banyuwangi, Kamis (29/3).
"Koordinasi dengan lintas sektor harus ditingkatkan, terutama di kawasan Kecamatan Giri, Glenmore, Songgon, Licin, yang banyak airnya. Ini tidak bagus kalau sampai bule (wisatawan) tahu ada yang masih BAB di sungai," ujar Anas mengingatkan.
Anas meminta kepada setiap Puskesmas harus memiliki inovasi agar masyarakat tidak lagi BAB di sungai. Model edukasi menjadi penting karena terkat dengan perilaku.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Widji Lestariono menyampaikan, dari 217 desa di Banyuwangi, saat ini sudah 143 desa atau 65 persen yang sudah ODF, dalam artian warganya sudah tidak ada yang BAB sembarangan.
"Sisanya PR kita, sudah memasang target, tahun 2019 seluruh desa dan kelurahan sudah ODF," jelasnya.
Dia mencontohkan, masing-masing Puskesmas harus memicu agar warga mau bergotong royong untuk membuat jamban di rumahnya sendiri. Model subsidi atau bantuan jamban tanpa adanya gotong royong, menurutnya tidak efektif.
"Menumbuhkan kesadaran masyarakat, untuk gotong royong membangun jambannya sendiri. Bukan dengan model subsidi, seperti yang dilakukan dahulu. Karena buang air besar terkait dengan perilaku, meski sudah disediakan jamban, tetapi masalah perilaku, ya tetap ke sungai," jelasnya.
Pihaknya juga berkoordinasi dengan lintas sektor, dengan pemerintah desa, kecamatan, dan dinas pengairan. Sementara bila sudah ada yang mau gotong royong, pihaknya akan tetap memberi bantuan jamban.
"Misalkan, dengan pengairan, untuk tidak lagi memfasilitasi plengsengan sungai yang digunakan tempat BAB. Kami tetap sediakan subsidi memberikan kloset, tetapi harus dipasang sendiri, agar muncul kesadaran," jelasnya.
Di Kecamatan Singojuruh, katanya, model edukasi dipelopori oleh kalangan pemuda dengan membentuk komunitas Relawan Pemuda Tanggal Lingkungan Singojuruh. Mereka dari kalangan karang taruna, dan guru.
Para guru memberikan edukasi melalui sekolah, sementara para karang taruna di setiap desa membantu akses untuk mendapatkan jamban. Sementara untuk sungai yang biasa digunakan menjadi tempat mandi, cuci, dan kakus dioptimalkan untuk menjadi keramba ikan yang memberi dampak ekonomi.
"Bagus seperti di Singojuruh, saya sangat apresiasi, mengubah sungai menjadi keramba ikan. Itu yang mempelopori dari kecamatan," katanya.