1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Penjual es sampai sembako di Banyuwangi diajari manajemen keuangan

Para pelaku usaha mikro ini dikenalkan mulai dari membuat buku kas, neraca keuangan, rekap kas, hingga perhitungan rugi/laba.

©2017 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Selasa, 07 Februari 2017 16:35

Merdeka.com, Banyuwangi - Meningkatkan kemampuan pengelolaan usaha dagangnya, para wirausaha mikro di Banyuwangi dilatih manajemen keuangan. Para pelaku usaha mikro ini dikenalkan mulai dari membuat buku kas, neraca keuangan, rekap kas, hingga perhitungan rugi/laba.

Pelatihan ini diikuti 25 pengusaha mikro yang ada di Desa Rejosari, Kecamatan Glagah Banyuwangi yang digelar kantor desa setempat, Selasa (7/2). Mereka yang dilatih pembukuan ini berasal dari berbagai profesi. Ada yang pengusaha batik, salon, peracangan, toko sembako, pembuat kerupuk, penjual es, jasa tenda dan sound system, hingga usaha pemotongan ayam. Mereka dilatih langsung oleh praktisi dan akademisi keuangan dari salah satu perguruan tinggi yang ada di Banyuwangi.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro (Diskop-UM) Kabupaten Banyuwangi Alief Kartiono mengatakan pelatihan ini merupakan inisiatif warga desa setempat yang diusulkan melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tingkat desa tahun 2016 lalu.

“Mereka ini usul diadakan pelatihan pembukuan bagi usaha kecil saat Musrenbangdes, karena merasa perkembangan usaha di desa ini mulai tumbuh. Mereka ingin diajarkan bagaimana mengelola usaha yang baik agar usahanya dapat berkembang,” tutur Alief.

Menurut Alief, para pelaku usaha mikro rata-rata masih banyak yang belum mengerti dan memahami pentingnya manajemen keuangan bagi keberlanjutan usahanya. Sehingga mereka merasa perlu menerapkan pencatatan keuangan secara tertib dan rinci.

“Rata-rata mereka belum punya catatan keuangan, sehingga tidak diketahui secara jelas perkembangan usahanya. Sebagian juga ada yang belum bisa memilah antara uang pribadi dan uang bisnis nya. Akhirnya, di tengah jalan usahanya semakin surut karena modalnya ikut terpakai untuk kebutuhan sehari-hari. Maka, pelatihan ini sangat penting untuk membuka wawasan pelaku usaha mikro bagaimana mengelola keuangan dengan baik. Supaya usahanya bisa terus berjalan dan profit. Dengan manajemen keuangan yang baik, perhitungan untung/ruginya juga akan jelas,” ujar Alief.

Para peserta terlihat belajar membuat pembukuan dari sejumlah  transaksi niaga yang diilustrasikan oleh pelatih. Salah satunya, Isdani (46), pemilik toko sembako di desa setempat. Meski mengaku agak sulit karena harus teliti, namun dia merasa cara ini memang perlu dilakukan untuk mengetahui dengan jelas keuntungan usahanya.

“Saya senang ada pelatihan ini. Saya jadi tahu cara membuat pembukuan keuangan. Pasti akan saya terapkan biar usaha saya tambah tertib,” kata Isdani.

Selama ini, Isdani mengaku menghitung laba usahanya hanya dengan mengumpulkan nota pembelian dan pendapatan toko. “Kalau dibukukan seperti ini, pasti lebih jelas alur transaksi dan laba/ruginya. Bermanfaat sekali buat saya,” imbuhnya.

Selain itu, peserta juga diedukasi tentang manajement pemasaran. Mulai dari pemasaran konvensional lewat pemasangan banner dan marketing door to door, juga dikenalkan pemasaran online melalui pasar virtual Banyuwangi mall. Tak hanya itu, mereka juga diedukasi manajement produksi yang menekankan pentingnya perencanaan sebelum melakukan usaha.

Selain di Desa Rejosari, Glagah, pelatihan ini juga digelar di sembilan desa lain yang usaha mikronya juga mulai tumbuh. Di antaranya, Desa Sumberagung Kecamatan Pesanggaran, Desa Sambimulyo Kecamatan Bangorejo, Desa Kedungwungu Kecamatan Tegaldlimo, dan Desa Kradenan Kecamatan Purwoharjo.

Selain pelatihan ini, Diskop-UM juga akan menggelar 90 pelatihan yang lain di tahun 2017. Diantaranya, pelatihan membatik, manajement usaha dan kerajinan bambu.

(MH/MUA)
  1. Bisnis
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA