"Mengisi kekurangan ini, kami berinisiatif menggelar pelatihan membuat truntum bambu untuk perempuan," ujar Hary.
Merdeka.com, Banyuwangi - Tingginya permintaan pasar terhadap kerajinan berbahan bambu, membuat Dinas Perindustrian Perdagangan, dan Pertambangan (Disperindagtam) Banyuwangi, memberi fasilitas pelatihan di wilayah yang memiliki potensi tanaman bambu.
Kepala Disperindagtam Banyuwangi, Hary Cahyono Purnomo, mengatakan saat ini permintaan pasar untuk kerajinan bambu semakin tinggi. Sentra kerajinan bambu seperti di daerah Desa Gintangan, Rogojampi, Banyuwangi, misalnya, mulai kewalahan menyediakan tuntrum (lembaran bilahan bambu) untuk para pengrajin.
"Pengrajin yang ada di Gintangan kesulitan mendapat pasokan truntum. Mengisi kekurangan ini, kami berinisiatif menggelar pelatihan membuat truntum bambu untuk perempuan," ujar Hary di sela pelatihan untuk para perajin Bambu, di Dusun Pekarangan, Desa Kelir, Kecamatan Kalipuro, Selasa (8/11).
Truntum merupakan bahan dasar dari irisan bambu untuk membuat kerajinan. Satu lembar berukuran 50 x 60 Cm, untuk membuat lampu hias, tudung saji, songkok, tempat kue dan parcel buah.
Pelatihan ini terutama diikuti oleh para ibu-ibu rumah tangga. Selain di Desa Kelir, Kecamatan Kalipuro, juga diadakan di wilayah sentra bambu lainnya seperti di Desa Bulusari, Kalipuro dan Desa Tamansari, Licin.
Hary melanjutkan, selama ini pengrajin bambu hanya disuplai dari Desa Gombengsari, dan masih belum bisa mencukupi kebutuhan pasar. "Oleh karenanya, kami gelar pelatihan di wilayah lain yang juga ada potensi bambu agar semakin banyak wilayah bisa menyediakan pasokan truntum. Seperti Desa Kelir ini," ujar Hary.
Para Ibu-Ibu ini, mendapat pelatihan membuat tuntrum, teknik menganyam sampai pewarnaan, langsung dari Amanto, pemilik usaha kerajinan bambu UD. Karya Nyata di Desa Gintangan, Rogojampi. Para peserta akan dilatih selama enam hari.
Amanto menjelaskan, pelatihan seperti ini bisa menumbuhkan simbiosis mutualisme. Masyarakat bisa mendapat keuntungan dari hasil penjualan dan tentunya memiliki keterampilan. Sedangkan Amanto sendiri bisa memenuhi permintaan pasar.
Saat ini, lanjut Amanto, di Gintangan sangat membutuhkan pasokan tuntrum. "Ini karena permintaan produk anyaman bambu sangat besar dari berbagai pulau, mulai Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, bahkan Mancanegara. jadi sampai kewalahan," ujar Amanto.
Amanto mengakui, saat ini pihaknya membutuhkan banyak truntum. Ini karena permintaan produk anyaman bambu sangat besar, sehingga membuatnya kewalahan. Produk Amanto telah banyar tersebar ke berbagai pulau, Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, bahkan manca negara.
Di Gintangan, kata Amanto, saa ini sudah memproduksi lebih dari 50 macam kerajinan berbahan bambu. Antara lain kopyah, lampu hias dan tudung saji.
"Produk saya yang paling laris saat ini adalah kopyah. Tapi khusus ke Saudi, saya mengirimkan tempat kue sesuai pesanan," kata Amanto.
Pengiriman ke Saudi misalnya, setiap jelang puasa bisa mengirim sebanyak 2.000 tempat kue (500 set) dengan harga Rp 380 ribu per set-nya. Hasilnya, Amanto bisa mendapatkan pemasukan sampai Rp 190 juta.
Kedepan pihaknya siap menampung truntum yang diproduksi oleh para peserta pelatihan. "Berapa pun jumlahnya akan saya beli. Harganya sesuai kesepakatan, yaitu berkisar Rp 10-12 ribu per lembar truntum," ujarnya memungkasi.