Pelaku sudah lama tidak komunikasi dengan orangtuanya. Jadi tertutup.
Merdeka.com, Banyuwangi - Rumah serta mobil milik pelaku bom bunuh diri yang menyerang tiga Gereja di Surabaya, dibelikan oleh orangtua kandung Puji Kuswati yang tinggal di Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi. Puji Kuswati merupakan Ibu yang membawa dua anaknya melakukan bom bunuh diri di Surabaya. Dia bersama suaminya, Dita Upriyanto melibatkan keempat anaknya dalam aksi teror tersebut.
Mendengar kabar tersebut, Koesni, orangtua Puji Kuswati, masih syok dan tidak menyangka anaknya menjadi pelaku terorisme. Hal ini disampaikan Kepala Desa Tembokrejo, Sumarto yang sempat menemui orangtua Puji.
“Orangtuanya masih syok berat, tidak menyangka,” ujar Sumarto kepada Merdeka Banyuwangi, Senin (18/5).
Sumarto membenarkan bahwa orangtua Puji merupakan warga Desa Tembokrejo. Hanya saja saat usia 22 bulan, Puji diminta oleh Budhenya untuk tinggal dan diasuh di Kabupaten Magetan.
“Orang tuanya, haji Kusni memang orang Tembokrejo. dalam usia 22 bulan, dia diambil Budenya yang ada di Magetan karena dia tidak punya anak. Jadi kependudukannya bukan warga Banyuwangi,” jelasnya.
Hingga saat Puji besar, menikah dan tinggal di Surabaya bersama suaminya, Dita Upriyanto, kebutuhan rumah hingga mobil masih dibelikan oleh orangtua Puji. Orang tua Puji dikenal sebagai juragan jamu tradisional di desanya.
“Rumah yang di Surabaya yang membelikan keluarga dari Muncar. Bahkan dibelikan mobil sampai tiga kali dijual. Terakhir dibelikan mobil, supaya tidak dijual BPKB-nya ditaruh di Muncar, itu baru tidak dijual," lanjutnya.
Diduga mobil ketiga yang dibelikan, jenis Toyota Avanza digunakan pelaku Dita Upriyanto, untuk melakukan bom bunuh diri di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya.
Rusiono, perwakilan keluarga pelaku di Desa Tembokrejo menyampaikan, dua mobil yang dibelikan keluarga sebelumnya dijual dengan alasan tidak jelas. Sementara rumah yang ditempati di Surabaya, dibelikan dengan harga Rp 600 juta.
“Mobil itu yang diduga digunakan pelaku. Kami tahu kabar boom dari media. Soal mobil keluarga hanya ingin membelikan untuk kepentingan keluarga,” kata Rusiono.
Jarang komunikasi dan pernikahan tidak direstui
Puji Kuswati merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Sejak usia 20 bulan, Puji diasuh oleh Budhenya di Magetan hingga SMA. Dalam perjalanannya, Puji menyampaikan niat untuk menikah dengan Dita Upriyanto asal Surabaya. Namun Puji tidak mendapatkan restu dari orangtuanya yang tinggal di Desa Tembokrejo.
“Anak ini menikah tidak direstui oleh keluarganya yang ada di Desa Tembokrejo, Muncar ini,” ujar Sumarto, Kepala Desa Tembokrejo.
Setelah menikah, komunikasi Puji dengan keluarganya semakin berjarak. Terakhir, Puji sempat pulang ke Muncar pada Januari 2018 untuk menghadiri pernikahan saudaranya.
“Pada tahun 2018 memang pernah ke Muncar dalam pernikahan saudara kakaknya. Cuma semalam saja, pagi datang malam pulang. Komunikasinya dalam keluarga ini sulit memang. Semakin jarang komunikasi dengan keluarga, kadang setahun baru pulang,” katanya.
Sementara itu, Rusiono perwakilan pihak keluarga mengatakan, mulanya pernikahan Puji tidak direstui karena calon Suami Dita Upriyanto dinilai beda terutama dalam hal pemahaman soal keagamaan. “Jadi keluarga kami di Banyuwangi menolak tapi tetap nekat menikah,” ujar Rusiono.
Dia melanjutkan, usai menikah, Puji dinilai perilakunya menjadi berubah. “Mulai tertutup, semakin jarang bergaul dengan keluarga, jarang pulang,” katanya.