Tarian ini akan ditampilkan dalam Festival Kopi Lego yang melibatkan warga serta seniman dari dalam dan luar negeri.
Merdeka.com, Banyuwangi - Seorang koreografer Asal Bali, Tebo Aumbara, terlihat memberikan edukasi singkat kepada ibu-ibu petani kopi di Kampong Kopi Lerek Kelurahan Gombengsari, Banyuwangi. Aktivitas keseharian seperti memanen, memilah biji, menumbuk kopi sampai kemudian dijual. Rupanya membuat ia tertarik dan kemudian mengemasnya dalam sebuah tarian tradisional.
"Setiap pentas selau melibatkan masyarakat. Kolaborasi dengan lokal wisdom yang ada di sini untuk membangun kepercayaan diri," jelas Tebo di sela melatih secara singkat, Rabu (26/10).
Tebo menjelaskan, masyarakat sekitar sangat mudah diajari menari, karena tiap gerakan dan alunan musik yang dihasilkan sudah menjadi kegiatan sehari-hari. "Jadi sudah nyatu secara emosional. Seperti menumbuk kopi suaranya kan bisa jadi musik. Kemudian gerakan tarinya dengan membawa tampah untuk memilah kopi. Mereka sudah paham, cuma dikemas dengan perspektif seni," jelasnya.
Warga sekitar akan berkolaborasi dengan para seniman dari mancanegara dan lokal untuk mengangkat kembali potensi desa di Gombengsari. Mulai dari peternakan kambing etawa sampai perkebunan kopinya.
Salah satu penggerak acara dari Komunitas Hidora, Bachtiar Janan menjelaskan, event ini diselenggarakan secara swadaya. Para seniman yang diundang hadir dengan sukarela tanpa dibayar. Selain itu, Komunitas Hidora dalam menumbuhkan potensi desa juga bekerja sama dengan Jaringan Kampung Nusantara yang berisi para relawan dari kesenian dan lingkungan untuk menghidupkan kembali potensi desa.
"Agar warga kampung menentukan jati diri bisa tumbuh ekonomi kreatif, seni budaya bisa dihidupkan kembali," kata Bachtiar.