Meluapnya air sungai ini menurut Anas karena siklus 50 tahunan Sungai Bango.
Merdeka.com, Banyuwangi - Banjir bandang yang menerjang dua desa di Kecamatan Siliragung, Banyuwangi, mengakibatkan puluhan hektare lahan perkebunan jeruk dan buah naga terancam gagal panen. Banjir luapan Sungai Bango yang menerjang Sabtu (11/2) sore sebagian juga merendam rumah warga mulai ketinggian 2,5 meter hingga 4 meter.
"Ini siklus 50 tahunan, sebelumnya sudah lama di sini tidak banjir separah ini. Kebetulan saja curah hujan tinggi di beberapa wilayah sehingga mengakibatkan kapasitas " ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Senin (13/2).
Banjir ini menurut Anas selain karena curah hujan yang tinggi, juga dikarenakan karena gaya hidup masyarakat desa yang berubah. "Desa Saneporejo dan Siliragung ini dulunya hanya berisi pohon-pohon tinggi yang menyerap air hujan, namun sejak beberapa tahun terakhir warga mulai banyak yang menanam buah naga dan jeruk di pekarangan rumah mereka. Mungkin ini salah satu penyebab banjir karena ada alih fungsi lahan kosong menjadi pertanian, tapi walau begitu ini bukan penyebab utama," kata Anas.
Soal alih fungsi lahan menjadi pertanian, Anas tidak bisa serta merta membatasi warga untuk mencari sumber penghasilan. Ia hanya meminta kepada warga untuk tetap menjaga lingkungan dan waspada terhadap cuaca yang masih berubah-ubah.
Salah satu warga yang kebunnya terkena banjir Rudi (40) menuturkan, banjir ini menimbulkan kerusakan cukup parah. Kebetulan kebunnya bersebelahan dengan Sungai Bango yang meluap sehingga sebagian besar tanaman buah naganya rusak terkena limpahan air.
Walau berdekatan dengan dua aliran Sungai Bango, desanya sangat jarang terkena banjir, "Seingat saya banjir terakhir kali menerjang desa itu sekitar tahun 70-an," kata Rudi.
Walau begitu ia masih bersyukur, ini karena sifat tanaman buah naga cukup keras pada bagian batangnya sehingga walau sudah ambruk terkena banjir masih tetap bisa didirikan lagi menggunakan batang kayu sebagai penahan. "Kalau kerugiannya berapa belum saya hitung, tapi yang pasti untuk panen ini akan jelas berkurang," ujarnya.
Menurut data yang dimiliki Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sarinomo, ada 157 hektare lahan pertanian di Desa Seneporejo yang ditanami buah naga, jeruk dan padi. Sedangkan lahan pertanian yang terkena banjir ada 10 hekatare yang sebagian besar mendekati masa panen.