1. BANYUWANGI
  2. KOMUNITAS

Banyuwangi Coffee Community kenalkan keistimewaan kopi

Setiap warga yang datang, selain bisa menikmati berbagai jenis kopi khas Banyuwangi, juga bisa belajar cara-cara mengolah kopi.

©2016 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Sabtu, 24 September 2016 17:05

Merdeka.com, Banyuwangi - Untuk memperingati perayaan hari kopi sedunia, komunitas-komunitas pencinta kopi Banyuwangi, yang tergabung dalam Banyuwangi Coffee Community, mengadakan kegiatan edukasi kopi kepada masyarakat Banyuwangi. Kegiatan Perayaan Hari Kopi Sedunia diselenggarakan di kaki Gunung Ijen, Rest Area Jambu, Desa Tamansari, Kecamatan Licin Banyuwangi.

Setiap warga yang datang, selain bisa menikmati berbagai jenis kopi khas Banyuwangi, juga bisa belajar cara-cara mengolah kopi. Mulai cara memanen kopi yang benar, menyangrai, menyeduh kopi, sampai bagaimana menikmati kopi.

"Banyuwangi itu penghasil kopi robusta terbesar. Tapi kenapa kedai-kedai kopi di Banyuwangi tidak menjual kopi asli," ujar aktivis kopi, Banyuwangi Coffee Community (BCC), Agung Pribadianto kepada Merdeka Banyuwangi, Sabtu (24/9).

Sambil memberitahu bagaimana cara menyeduh kopi yang benar, Agung mengatakan, kopi Banyuwangi punya cita rasa khas. Salah satunya, ada balutan rasa rempah yang kuat.

"Kalau rasa, dominan rasa rempah, dan kacang-kacangan. Kalau di sini (Tamansari) banyak pohon cengkeh pasti dominan rasa cengkeh," jelasnya.

Agung menambahkan, di Banyuwangi ada beberapa wilayah yang menjadi sentra penghasil kopi. Beberapa di antaranya ada di Tamansari, Gombengsari, Kalibendo, Telemung, Ijen, Raung, Kalibaru dan Glenmore.

"Kalibaru identik kopi lanang. Kalau Glenmore biasanya diekspor di dataran eropa," ujarnya.

Sementara itu, Teguh siswanto (58) Ketua BCC mengatakan, selama tiga hari acara berlangsung, masyarakat yang datang bisa menikmati kopi gratis sekaligus belajar cara mengolah kopi yang benar.

"Selama tiga hari kopi gratis. Dan dapat edukasi. Yang datang ada mahasiswa dan petani sendiri," ujar Teguh.

Dia menambahkan, yang membuat cita rasa kopi di Desa Tamansari, Kecamatan Licin sangat khas, terbentuk dari tiga hal. Pertama, kondisi geografisnya mendukung bisa mendapatkan sinar matahari pagi yang mencukupi. Kemudian mendapatkan uap garam dari Selat Bali dan terkena uap belerang Gunung Ijen.

"Beras yang paling enak dari Licin. Durian merah juga sekitaran Licin. Saya yakin kopinya juga istimewa. Tapi kenapa saat ini kalah terkenal sama lainnya. Misal sama gayo, toraja dan lainnya. Ternyata akibat faktor pasca panennya yang salah. Ya kita belajar sama luak lah. Harus petik merah. Kedua sangrai," ujarnya.

Dari situlah, melalui kegiatan Perayaan Hari Kopi Sedunia, Teguh berharap nama kopi Banyuwangi bisa terangkat. Salah satunya, dengan memberikan edukasi kepada warga Tamansari cara memanen sampai menyeduh kopi yang tepat.

Lewat BCC, Teguh menggandeng pelaku usaha kopi, barista dan penikmat kopi untuk membantu memberi edukasi. "Mereka banyak ilmu, sedangkan masyarakat Tamansari kurang ilmu. Nah saya coba mempertemukan," jelasnya.

Rangkaian acara besok, kata Teguh, bakal ada proses pembentukan Tamansari sebagai sentra kopi. Tujuannya agar para penikmat kopi, wisatawan maupun pelaku usaha yang mau mencari kopi asli Banyuwangi, bisa datang ke Tamansari.

Di sisi lain, Reza, Barista Minak Cafe di kawasan Cungking yang turut hadir berharap. Melalui kegiatan ini, para barista di Banyuwangi bisa berkumpul bersama untuk belajar bareng. Agar wawasan menyeduh kopi dan pengetahuan tentang kopi di Banyuwangi bisa berkembang.

"Pengennya saya, kedai-kedai kopi kumpul jadi satu. Belajar bareng tentang cara menyeduh kopi. Kopinya enak, tapi kalau nyeduhnya gak bisa, bisa tidak enak," jelasnya.

(MH/MUA)
  1. kuliner
  2. Festival Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA