Soal rasa kuliner yang satu ini, memang pas untuk mengawali berbuka puasa.
Merdeka.com, Banyuwangi - Selama Bulan Ramadan, berbagai jajanan tradisional khas Banyuwangi yang biasanya tidak ada, bisa dinikmati di bulan ini. Salah satunya yakni kuliner Patolah dan Precet Pisang. Anda akan dengan mudah menemukannya di kawasan pasar tradisional Banyuwangi, dengan lapak sederhana di pinggir jalan.
Bisa dikatakan, Patolah dan Precet Pisang merupakan jenis jajanan kuliner takjil. Bentuknya seperti mie, namun menggumpal, dipercantik dengan pewarna makanan. Kuliner Patolah berbahan dasar tepung beras, sedangkan Precet Pisang yang berwarna kuning dibuat dari adonan pisang. Keduanya disajikan dengan kuah santan kental.
Ibu Kar (58), salah satu pedagang kuliner Patolah dan Precet Pisang di kawasan Kelurahan Kampung Melayu, Banyuwangi, bercerita sejak dia kecil, kuliner ini sudah sering dia konsumsi. “Ini memang kuliner khas Banyuwangi, sebelum saya lahir juga sudah ada,” jelasnya kepada Merdeka Banyuwangi, Jumat (17/6).
Pada siang hari, selain di Bulan Ramadan, Bu Kar biasa menjual lontong pecel. Kuliner Patolah dan Precet Pisang sendiri baru dia jual saat Bulan Ramadan saja. Bila Anda ingin memesan, Bu Kar sudah mulai membuka lapaknya mulai pukul 16.00 WIB sampai habis Isya.
“Kalau puasa gini bukanya sore. Saya juale ini (Patolah dan Precet Pisang) cuma pas bulan puasa saja,” jelasnya.
Soal rasa, kuliner yang satu ini, memang pas untuk mengawali berbuka puasa. Saat dikonsumsi, Patolah dan Precet Pisang menghadirkan rasa yang empuk. Patolah lebih berasa tawar, sedangkan Precet Pisang lekat dengan rasa buah pisang. Keduanya, akan dilengkapi lewat guyuran santan kental yang manis.
Dalam sehari, Bu Kar biasa membawa Patolah dan Precet Pisang berjumlah 100 Biji. “Lak pas ramai 100 biji itu bisa habis,” ujarnya. Satu porsi berisi 2 patolah, dijual dengan harga Rp 5 ribu. Bila Anda ingin mencobanya, dijamin akan bikin adem di perut. Apalagi hanya ada di saat Bulan Ramadan saja.