"Biasanya saya hanya lihat BEC di televisi. Senang bisa lihat lewat halaman rumah sendiri".
Merdeka.com, Banyuwangi - Karnaval memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-73 yang digelar setiap tahun di Desa Wringinputih, Kecamatan Muncar dan masyarakat secara swadaya mengikuti karnaval dengan desain pakaian seperti Banyuwangi Ethno Carnival (BEC).
"Karnaval ini setiap tahun digelar dan ini anak-anak dari Muncing, banyak yang bondo (modal) untuk bikin pakaian seperti BEC," ujar Masrukah, salah satu penonton karnaval di pinggir jalan sekitar Desa Wringinputih, Kamis (16/8).
Bagi pedagang sayur keliling seperti Masrukah yang sudah berusia 58 tahun, bisa melihat atraksi serupa BEC di desanya merupakan anugerah. Jarak Desa Wringinputih, Muncar dengan Kota Banyuwangi lebih dari 35 kilometer.
"Biasanya saya hanya lihat BEC di televisi. Senang bisa lihat lewat halaman rumah sendiri," jelasnya.
Karnaval di Desa Wringinputih diikuti ribuan pelajar Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), perangkat desa dan masyarakat umum. Semua dibebaskan mengenakan pakaian kebangsaan yang ingin ditampilkan, ada pula bersifat menghibur.
"Ini anak saya dandan sendiri di rumah. Pakaian dan dandanan bebas, modal sendiri," ujar Wulandari salah satu peserta saat menemani anaknya.
Karnaval di Desa Wringinputih selalu rutin digelar tiap tahun. Kali ini, diawali dengan penampilan anak-anak TK berpakaian kompak yang didampingi orang tua masing-masing. Diikuti beragam desain karnaval sesuai tema mulai dimunculkan.
Mulai dari pakaian adat Bali, Using, Madura, pakaian pejuang, tokoh pahlawan, hingga tema sosial budaya masyarakat.
Khusus desain BEC, Wulan mengatakan, desain rata-rata seperti memiliki sayap yang lebar dan tinggi, dilengkapi dengan makeup dan gaun sesuai kombinasi warna yang diinginkan.
"Kalau habisnya bisa sampai satu jutaan. Tetapi tadi ada juga yang kreatif hanya pakai bahan kardus jadi pakaian Gatot Kaca," jelasnya.
Karnaval di desa terlihat meriah dengan properti sound system di setiap kelompok rombongan. Ada panitia yang terus memekikkan kemerdekaan dan menjelaskan makna dari peringatan HUT RI ke- 73.
Selain model desain BEC, karnaval juga dimeriahkan anak-anak hingga masyarakat dewasa yang menghibur. Ada yang berpakaian seperti hantu, waria hingga berdandan seperti orang gangguan jiwa.
"Ya bisa menghibur, tapi kan keliatan yang dandanan begitu tidak modal," ujarnya sambil tersenyum.
Kepala Desa Wringinputih, Mohamad Nurhadi mengatakan, kegiatan karnaval rutin digelar sejak 2016, dilengkapi dengan gerak jalan dan kegiatan bersih lingkungan.
Kegiatan karnaval digelar untuk menyajikan semangat keberagaman kebangsaan dan potret nilai gotong royong masyarakat.
Beberapa waktu lalu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyampaikan, ke depan pemerintah desa harus kreatif menyajikan event sendiri untuk memikat kunjungan wisatawan. Tantangan tersebut disampaikan kepada semua kepala desa se-Kabupaten Banyuwangi.
"Kades harus kreatif dan inovatif seperti bikin pasar kuliner tradisional, mengelola potensi lokalnya sehingga berdampak secara ekonomi," kata Anas di Hotel Ketapang Indah beberapa waktu lalu.