"Tahun lalu saya berani nyetok kambing 200 ekor, Idul Adha tahun ini saya hanya berani nyetok 100 ekor untuk dijual".
Merdeka.com, Banyuwangi - Dinas Pertanian (Disperta) Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur memastikan tidak ada hewan kurban yang dijual di wilayahnya yang terkena penyakit antraks. Antraks pernah ditemukan di Provinsi Nusa Tenggara Barat, sehingga Banyuwangi yang menjadi jalur penyeberangan utama dari timur ke Jawa harus terus dikontrol.
Petugas kesehatan hewan (keswan) Disperta Banyuwangi Aguslan mengatakan, pihaknya telah melakukan inspeksi mendadak (sidak) di sejumlah pedagang di tepi jalan di sekeliling Kota Banyuwangi. Dia mengatakan tidak ada hewan kurban, baik kambing ataupun sapi, yang terindikasi mengidap penyakit antraks.
"Ada penyakit yang dari hewan menular ke hewan, ada yang menular dari hewan ke manusia. Yang bahaya itu dari hewan menular ke manusia seperti antraks. Tapi sementara ini di Banyuwangi tidak pernah ditemukan," kata Aguslan, di lokasi salah satu penjual kambing kurban di Jalan Kepiting Banyuwangi, Kamis (16/8).
Aguslan mengatakan hanya menemukan penyakit kulit pada kambing atau hewan yang terlalu muda untuk dikurbankan. Dia kemudian meminta agar penjual membedakan antara yang sakit gatal dan belum cukup umur untuk dikurbankan dengan hewan yang sudah layak dikurbankan.
Abdullah Hamid sang penjual mengatakan, kambing yang dijualnya merupakan peranakan etawa (PE) yang dibelinya dari tetangga-tetangganya di Lingkungan Lerek, Kelurahan Gombengsari, Kecamatan Kalipuro. Dia mengatakan kambing PE tumbuh jauh lebih cepat dibandingkan kambing kacang atau kambing biasa. Di usia 1 tahun, perbedaan bobotnya bisa mencapai 7 sampai 10 kilogram lebih berat kambing PE.
"Saya sudah punya pelanggan jadi berani kulakan lebih awal. Hasilnya bisa mendapatkan harga yang lebih murah dan bisa menjual lebih murah," kata pria yang sudah 10 tahun menggeluti bisnis kambing itu.
Rentang harga kambing yang dia jual dari Rp 2 juta sampai Rp 4,5 juta untuk kambing berusia 3,5 tahun. Hamid mengatakan kambing yang dia jual rata-rata dibandrol Rp 2,5 juta sampai Rp 3 juta per ekor.
Dia memperkirakan permintaan hewan kurban tahun ini akan berkurang daripada tahun lalu. Perkiraan itu berdasarkan penjualan pada hari biasa yang juga dia rasa berkurang beberapa bulan terakhir.
"Tahun lalu saya berani nyetok kambing 200 ekor, Idul Adha tahun ini saya hanya berani nyetok 100 ekor untuk dijual," katanya.