1. BANYUWANGI
  2. PARIWISATA

Piknik ke Puncak Asmoro Banyuwangi, ada cerita sedih tentang kandasnya percintaan

Pagi hari bila cuaca cerah, akan terlihat jelas gagahnya Gunung Raung, Meranti dan Merapi berwarna hijau segar yang wajib jadi latar foto.

Piknik ke Puncak Asmoro Banyuwangi. ©2018 Merdeka.com Reporter : Mohammad Taufik | Selasa, 01 Mei 2018 16:16

Merdeka.com, Banyuwangi - Piknik di bukit yang tinggi sekarang bisa dilakukan di Kelurahan Gombengsari, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Ada Puncak Asmoro yang memberikan suasana segar, nampak berjajar gunung di sebelah barat, dan Selat Bali yang jauh di sebelah timur.

Punggung bukit yang berada di ketinggian 640 meter di atas laut (MDPL) itu menawarkan luasnya pandangan. Pepohonan mahoni dan pinus terlihat kecil-kecil berjajar di bawah, begitu juga rumah-rumah warga yang sederhana di Lingkungan Sumber Pakem.

Pagi hari bila cuaca cerah, akan terlihat jelas gagahnya Gunung Raung, Meranti dan Merapi berwarna hijau segar yang wajib jadi latar foto, yang hasilnya pasti nge-hits di media sosial. Setiap hari Minggu, Puncak Asmoro jadi tempat piknik ratusan warga, dari Kecamatan Kalipuro maupun dari kecamatan-kecamatan lain.

Salah satunya Lisa (15), yang makin sering ke Puncak Asmoro di musim ujian nasional untuk menghilangkan penat. Dia yang masih duduk di kelas 3 SMP juga sering berkumpul bersama temannya dan foto bersama di bukit itu sebagai kenang-kenangan saat mereka lulus nanti.

"Di sini kan lumayan bagus. Lihat Selat Bali di arah timur itu kelihatan sejuk," kata cewek berhijab asal Desa Suko, Kecamatan Kalipuro itu.

Tapi dibalik keindahan alam dan luasnya pandangan yang bisa dinikmati wisatawan, Bukit Asmoro menyimpan cerita sedih atas perpisahan sepasang kekasih. Diperkirakan tahun 1950, sepasang kekasih memadu asmara di bukit itu, namun cinta mereka harus kandas.

Orang tua mereka tidak merestui, bahkan muntab memarahi keduanya sampai membuat keributan dan jadi omongan orang se-kelurahan. Masyarakat kemudian kompak menyebut bukit tempat mereka meninggalkan kenangan kasih itu sebagai Puncak Asmoro.

Lahan permukaan bukit seluas 1 hektare itu masih dalam kawasan Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Banyuwangi Utara. Selama 2 tahun terakhir Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Kemuning Asri dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Gombengsari berupaya menata bukit tersebut menjadi obyek wisata.

"Sepasang kekasih yang asmaranya kandas itu cerita dulu. Sekarang booming lagi. Ini semua masyarakat bekerja bakti untuk menata agar jadi tempat wisata," kata Ketua LMDH Kemuning Asri, Sugiyarno (51), Selasa (1/5).

Sebelumnya lahan merupakan hutan produksi yang ditanami pohon mahoni, tumpang sari dengan jagung dan kacang. Bila pohon sudah tinggi dan tanah tertutup dari cahaya Matahari, tumpang sari beralih ke porang dan rumput pakan ternak.

Sugiyarno mengatakan secara ekonomi, menjadikan lahan bukit sebagai tempat pariwisata lebih menguntungkan. Selain itu, bukit jadi mendapatkan pengawasan sehingga tidak menjadi tempat perbuatan maksiat.

"Dulu ceritanya memang menjadi tempat pasangan memadu kasih. Tapi sekarang kita awasi, malam juga kita tengok di sini. Untuk menghindari jadi tempat mesum dan mabuk-mabukan," ujarnya.

Untuk menuju Puncak Asmoro, ada dua jalur yang bisa dipilih, lewat Lingkungan Lerek yang memiliki medan landai atau Lingkungan Kacangan yang memiliki jalur lebih pendek tapi harus melewati tanjakan yang cukup menantang.

Untuk masuk ke kawasan bukit yang telah banyak ditanami bunga itu, pengunjung dikenai biaya masuk Rp 2 ribu per orang. Selain menikmati alam, di atas bukit ada warung kopi dan gorengan, dan telah dibangun menara yang terbuat dari bambu yang bisa membuat wisatawan benar-benar merasakan sensasi berada di tempat tinggi.

(MT/MT) Laporan: Ahmad Suudi
  1. Pariwisata
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA