"Ini bukan untuk bisnis, tapi murni untuk fakir miskin. Saya tidak menjual apapun di sini," kata Isam.
Merdeka.com, Banyuwangi - Sejak pagi, Mahmudor (65) sengaja tidak sarapan pagi di rumahnya. Ternyata ia akan makan di Restoran Fakir Miskin di Lingkungan Secang, Kelurahan Kalipuro, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi.
"Saya sengaja tidak masak hari ini, soalnya setiap Jumat pasti makan gratis di restoran sini. Masih bisa bawa pulang nasi juga dan buah-buahan," ujar Mahmudor, usai makan gratis di Restoran Fakir Miskin, Jumat, (24/11).
Warga yang sudah lanjut usia ini datang bersama tetangganya dengan membawa kartu fakir miskin yang sudah diberi restoran. Setiap Jumat, ada 130-150 warga fakir miskin datang ke Restoran Fakir Miskin untuk menikmati makanan bergizi.
"Saya senang dapat bantuan, saya sudah enggak kerja, enggak kuat," kata Mahmudor.
Sejak 2015, Isam (56) warga kewarganegaraan Australia datang ke Banyuwangi dan sengaja menyisihkan uangnya untuk membangun restoran khusus fakir miskin. Bukan untuk urusan bisnis.
"Ini bukan untuk bisnis, tapi murni untuk fakir miskin. Saya tidak menjual apapun di sini, orang fakir miskin boleh datang, makan di sini setiap Jumat. Hari lain saya tidak buka," ujar Isam saat ditemui di Restoran Fakir Miskinnya.
Mengapa memilih di Indonesia, Isam mengaku bila membantu fakir miskin di negaranya sendiri perlu mengeluarkan ongkos lebih besar. Satu porsi butuh kisaran AUD 50 dolar, atau setara Rp 500.000.
"Satu porsi di negara saya bisa untuk kasih makan 20 orang miskin di Indonesia. Saya pilih Indonesia karena lebih dekat dengan Australia. Yang penting aman, jujur," kata Isam sambil menyalami setiap warga fakir miskin yang datang ke restorannya.
Selain Banyuwangi, sebelumnya Isam sudah pernah membantu warga fakir miskin ke sejumlah daerah di Indonesia, seperti Ambon, Sorong, Lampung, Jember, Lombok, Bali dan Palembang. Semua dilakukannya sejak tahun 2009.
"Semua saya pergi ke lokasi. Lihat rumahnya, lihat sendiri apakah benar fakir miskin. Termasuk di sini juga begitu, tapi siapapun kalau mau makan di sini silakan, tidak boleh bayar," jelasnya.
Saat ditanya mengapa mau memberi bantuan secara cuma-cuma, Isam yakin siapa yang mau mengasihi kepada fakir miskin, maka semua akan diberi lebih oleh Tuhan. "Hanya untuk berbagi. Yang penting pertama tidak boleh riak, dan memakai uang haram. Saya namakan restoran fakir miskin agar tidak hanya orang kaya saja yang bisa makan di restoran. Tapi orang miskin juga bisa," jelasnya.
Isam sendiri, datang ke Indonesia hanya sekadar memantau bagaimana restoran fakir miskinnya berjalan. Awal Januari 2018 dia akan kembali ke Australia.
Isam memberi bantuan kepada fakir miskin dari hasil kerjanya sebagai seniman lukis pemandangan dan pengusaha mutiara yang dibentuk menjadi kalung. "Saya sudah 36 tahun melukis, sekarang anak-anak saya yang jaga di Australia," ujarnya.
Restoran fakir miskin, didesain dengan konsep prasmanan, ruangan dilengkapi dengan meja besar, kursi-kursi dan lukisan di dinding. Cukup untuk menampung 50 orang. Setiap Jumat, restoran ini menyajikan menu yang berbeda.
Dalam sehari, dia menyediakan 8 kilogram beras, 10 kilogram daging, dan berbagai jenis buah untuk 130-150 fakir miskin. Total belanja, dikisaran Rp 2,5 juta, tergantung harga di pasaran.
"Minggu lagi ayam, daging sapi, kambing. Buah buah juga begitu harus gonti-ganti, biar tidak bosan," jelasnya.
Isam memiliki 5 pekerja yang bertugas mengurus kebutuhan restoran. Ia juga mempercayakan orang lokal untuk mengatur keuangan.
Isam lahir di Irak pada 1961, kemudian pindah ke Australia saat negaranya sedang mengalami kekacauan. Tidak hanya Isam, kebiasaan memberi ini juga dilakukan orangtua dan kakeknya.
"Seperti ini sudah diajarkan turun temurun, suka mengasih fakir miskin di Irak. Jadi saya bukan yang pertama. Semoga ini bisa bertahan, seterusnya, semampunya," ujarnya.
Sementara itu, Husain, warga Kalipuro yang dipercaya menjadi pengelola Restoran Fakir Miskin mengaku senang bisa bertemu Isam, dan menjadi orang kepercayaan. Dia menjadi orang pertama yang dimintai tolong untuk mencari tanah untuk membangun restoran, hingga survei melalui RT untuk mencari warga fakir miskin.
Menurutnya, selama tinggal di Kalipuro, Isam hidup bermasyarakat, sering mengikuti selamatan yang digelar warga. "Orangnya murni untuk ibadah. Beliau juga sering ikut pengajian, selamatan di warga. Ada orang meninggal datang, dikasih satu juta," katanya.