1. BANYUWANGI
  2. SENI DAN BUDAYA

Ketika Teater Bhineka Untag serta Uniba dan Poliwangi manggung bareng

Ada dialog seperti ini, "demi uang, aku rela meninggalkan keluarga. Demi uang aku rela berbuat apapun untukmu."

Theater Bhineka di Banyuwangi. ©2016 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Minggu, 27 Maret 2016 09:51

Merdeka.com, Banyuwangi - UKM Seni Teater Bhineka Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag) 1945 Banyuwangi, Rabu (23/3) menggelar pementasan teater di Aula mulai pukul 07.00 sampai 22.00 WIB. Acara tersebut merupakan aliansi dengan beberapa UKM seni dari kampus Universitas PGRI Banyuwangi (Uniba) dan Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi).

Ketua panitia Teater Bhineka, Dimas R Pratama, mengatakan acara tersebut diselenggarakan oleh Teater Bhineka dan BEM Universitas dengan tema "Bulan Berkarya".

Tanpa panjang lebar, rangkaian acara dibuka dengan pertunjukan tari, sulap dan pembacaan puisi karya Sapardi Djoko Damono berjudul 'Wajah Kita'. Baru kemudian pementasan teater pertama diawali oleh UKM Teater Tibel dari kampus Poliwangi dengan judul 'Mani diselipin K'.

Pertunjukan teater dari kampus Poliwangi menyajikan pesan otokritik kepada semua orang dari beragam latar belakang. Tentang kehausan manusia akan adanya uang. "Demi uang, aku rela meninggalkan keluarga. Demi uang aku rela berbuat apapun untukmu," teriak salah satu aktor.

Beberapa tokoh yang ditampilkan, antara lain peran manusia haus uang, manifestasi uang berwujud manusia untuk memunculkan dialog dan malaikat. Di sesi terakhir, ada semacam refleksi dengan kemasan panggung tiga aktor yang haus uang, sedang dibalut kain kafan.

Kemudian muncul tokoh berpakaian gelap, mengilustrasikan sebagai malaikat, sedang menyiksa tiga orang tersebut. Ternyata, siksaan tersebut seolah ditampilkan sebagai mimpi. Dan tiga aktor yang haus uang berteriak, "Ternyata uang bukanlah segalanya".

Pertunjukan teater selanjutnya diisi oleh Teater Mata Hati (Maha) dari kampus Uniba, dengan judul 'Kidung Boneka'. Menampilkan beberapa aktor boneka manusia dan pemegang kidung sebagai pemegang kekuasaan. Mengatur segala gerak tubuh dan aktivitas bonekanya.

Tampilan dialog yang puitis dan beberapa asap dupa membawa suasana semakin surealis. Absurditas banyak ditampilkan untuk membuat penonton berpikir dan memaknai maksud pertunjukan tersebut.

Selanjutnya, diisi oleh Teater Bhineka dari tuan rumah kampus Untag. Menampilkan teater siluet. Untuk menampilkan siluet, para aktor tampil di belakang keber atau kain putih yang disorot lampu dari belakang panggung. Carita yang disampaikan tentang beberapa pasangan kekasih cinta segitiga. Semua berakhir dengan refleksi dengan penekanan bahwa seks bebas selalu berakhir penyesalan.

(MT/MUA)
  1. Seni dan Budaya
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA