Pantai Rejo yang akrab disebut Pantai Cemara tak hanya jadi lokasi berteduh dan konservasi alam, namun juga mengangkat perekonomian warga.
Merdeka.com, Banyuwangi - Satu lagi wisata pantai yang perlu Anda kunjungi bila mampir ke Banyuwangi. Sekitar 3 kilometer dari pusat Kota, ada wisata Pantai Cemara yang menyajikan keindahan hutan cemara. Tepatnya di Kelurahan Pakis, Banyuwangi.
Bila ke sana, pengunjung bisa menikmati laut Selat Bali sambil berteduh di bawah pohon cemara. Bisa juga menikmati beragam kuliner khas Banyuwangi yang dijual di warung-warung yang ada di antara pohon cemara. Atau menengok penangkaran penyu yang dijaga oleh para nelayan.
Suasana sejuk dan indah di Pantai Cemara dengan nama lain Pantai Rejo ini, mulanya merupakan tempat yang gersang. Hanya belantara rumput panjang dan berduri di sepanjang garis pantai. Tidak ada penahan angin maupun penahan abrasi.
Berangkat dari keresahan tersebut, pada tahun 2011 beberapa orang dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) Pantai Rejo, dibantu pemerintah akhirnya melakukan penanaman cemara jenis udang. “Tahun 2010 menginjak 2011 kebetulan kami dekat dengan petugas Dinas Perikanan dan Kelautan, setelah itu terjun langsung, Alhamdulillah ternyata di sini ditanami Cemara Udang itu cocok,” ujar Muhyi (52) ketua KUB Pantai Rejo, kepada Merdeka Banyuwangi, Minggu (12/6).
Sejak saat itu, para nelayan tidak hanya berbicara soal penangkapan ikan, namun mulai mempelajari persoalan konservasi pantai dan hewan lindung seperti penyu. Saat ini sudah ada 16 ribu pohon cemara udang yang di tanam di Pantai Rejo.
“Kita tanamnya bertahap, tahun 2011 itu kita nanam ada 1500, tiga bulan kemudian 3500 lalu tambah lagi 5000 terus tambah lagi 3500 sampai dalam jumlah 18 ribu. Awalnya ada bantuan dari provinsi, kemudian sumbangan dari Pemda dianggarkan dari APBD. Dari 18 ribu pohon kurang lebih yang hidup sekarang ada 16 ribu pohon. Seminggu kemarin juga kena abrasi ada 1500-an,” jelas Muhyi.
Pria yang pernah menjadi Ketua RW di Kelurahan Pakis selama 18 tahun ini melanjutkan, mulanya warga di sana belum banyak yang peduli. Bahkan ada yang menentang dengan penanaman cemara. “Awalnya mungkin dianggap mengganggu sumber keuangan mereka. Tapi sekarang sudah sadar dan merasa diuntungkan dengan pohon cemara ini,” ujarnya.
Area konservasi yang menjadi lokasi wisata cemara dan penangkaran penyu ini memiliki luas 9,5 hektar. Ada pembagian wilayah wisata dan zona ini yang tidak bisa dimasuki, khusus untuk penangkaran penyu.
Sekitar 16 ribu pohon cemara yang hidup saat ini menyerupai hutan cemara merupakan hasil perjuangan nelayan saat merawatnya. Kondisi tanah yang gersang, berpasir dengan rumput panjang dan berduri, membuat bibit cemara harus sering disiram agar bisa tetap hidup.
“Sepanjang pantai ini dulu rumputnya berduri ada yang ketinggian satu meter rumputnya, namanya walang taji. Saat merawat kami harus menunggu air surut dulu biar airnya bisa buat nyiram yang dari sungai dan sawah-sawah itu. menyiramnya menggunakan air payau dari sungai itu di atas jam enam malam hingga jam 10 malam kita masih siram-siram. Kalau gak gitu bisa mati soalnya gersang, selain itu tanahnya pasir kan cepat kering,” kata sekertaris KUB, Sampurno (43) kepada Merdeka Banyuwangi.
Sebelum ditanami cemara, para nelayan maupun warga yang ingin berteduh usai bekerja harus mencari dedaunan. “Kalau sekarang sudah enak buat berteduh,” kata dia.
Saat ini, Pantai Rejo yang akrab disebut Pantai Cemara ini tidak hanya jadi lokasi berteduh dan konservasi alam. Melainkan juga berkembang menjadi tempat wisata dan mengangkat perekonomian masyarakat Kelurahan Pakis. Semenjak ada penangkaran penyu, banyak wisatawan yang datang ke sini.
Sebelum ada konservasi, telur-telur penyu yang hidup di pantai ini biasa dikonsumsi oleh warga untuk jamu atau dijual ke pasar. Namun seiring waktu, masyarakat dan nelayan mulai sadar dan bergotong royong melindungi penyu-penyu tersebut.