AFI merupakan ajang perfilman yang digelar (Pusat Pengembangan) Pusbang Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Merdeka.com, Banyuwangi - Rangkaian kegiatan Apresiasi Film Indonesia (AFI) di Banyuwangi terus berlanjut. Hari ini, Jumat (24/11) AFI menggelar Kuliah Umum Penggunaan Film Dalam Pendidikan di Aula Universitas Tujuh Belas Agustus Banyuwangi. Kuliah umum tersebut menghadirkan aktor kenamaan Indonesia Slamet Raharjo, Niniek L Karim, dan Bagus Takwin.
Dalam kuliah tersebut, Slamet Raharjo memaparkan bahwa proses pendidikan yang memanfaatkan film sebagai media pembelajaran memberi pengaruh besar bagi anak. Menurut dia, di era saat ini film adalah senjata paling ampuh untuk mempengaruhi pemikiran orang. Bahkan sebuah negara yang sadar tentang besarnya pengaruh film, bisa menguasai dunia.
“Misalnya saja Amerika, negara itu memiliki motto budaya We Are The Best, Why Not The Best. Hal itu diwujudkan dalam banyak produksi filmnya meski tidak masuk akal. Misal di film Rambo, faktanya Amerika kalah perang dari Vietnam tapi di film itu Amerika justru menang dan Vietnam yang kalah, dan masih banyak film lainnya yang mampu mempengaruhi pemahaman penontonnya, ” kata Slamet.
Slamet melanjutkan yang paling penting dari film adalah kontennya. Sehingga seorang pembuat film mempunyai tanggung jawab besar dalam sebuah karya yang dihasilkannya. Film bisa membentuk pikiran sesuatu itu baik atau buruk, maka pembuat film harus mempunyai ilmu yang memadai. “Kalau ditembak dengan nuklir orang mati semua, tapi kalau ditembak dengan film orangnya masih hidup tapi otaknya sudah terkontaminasi,” cetus Slamet.
Senada dengan Slamet Raharjo, aktris senior Niniek L. Karim mengatakan jika film memiliki pengaruh yang sangat besar bagi anak. Bagaikan pisau bermata dua, film bisa membuat anak-anak menjadi manusia hebat dan juga sebaliknya. Maka butuh bimbingan dari orang dewasa baik orang tua maupun guru dalam pemanfaatannya. “Anak-anak setiap hari nonton televisi, nonton film maka tak heran film lebih berpengaruh dibanding orangtua. Maka perlu kewaspadaan orang tua,” kata Niniek.
Sementara itu, pembicara lainnya Bagus Takwin mengangkat masalah film sebagai media pembelajaran dari sisi psikologis. Bagus merupakan pengajar filsafat dan teori psikologi kepribadian di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Menurut dia, pendidikan dengan film akan mengoptimalkan pembelajaran dan pembentukan pengetahuan.
Hal ini, jelas dia, karena film memiliki kelebihan dibandingkan media belajar lainnya. Lewat film, anak didik tidak hanya menerima ceramah tapi bisa tergugah secara virtual. “Karena film mempunyai stimulus yang lengkap non verbal dan verbal hingga bisa masuk dan diserap secara optimal oleh anak. Sehingga film sangat baik untuk pembelajaran aktif,” kata Bagus.
Kuliah umum ini diikuti oleh ratusan peserta dari dunia pendidikan. Antara lain dosen, guru, mahasiswa, dan pelajar. Saat kuliah berlangsung, para peserta ini tampak menyimak materi dengan seksama karena bagi mereka ini sangat inspiratif.
“Sangat menyenangkan dapet materi tentang film dari aktor besar Indonesia. Ini kesempatan yang langka buat saya,” ujar Dana mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Banyuwangi.
AFI merupakan ajang perfilman yang digelar (Pusat Pengembangan) Pusbang Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang terdiri atas rangkaian even. Even AFI diawali oleh workshop pembuatan film dokumenter pada 1-4 November. Selanjutnya workshop kuratorial pemutaran film pada 13-14 November, workshop penggunaan film untuk pendidikan dalam kelas pada 22-23 November, Kuliah Umum Penggunaan Film Dalam Pendidikan dan Peningkatan Literasi Publik terhadap film 24-25 November dan pemutaran film pendek pada 24 – 25 November.