Semua yang ditambilkan dalam Gladi BEC merupakan persiapan dalam puncak pertunjukan yang akan berlangsung mulai pukul 12.00 WIB.
Merdeka.com, Banyuwangi - Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) berlangsung mulai hari ini. Ribuan penonton diperkirakan akan memadati Jalan Veteran, mulai sisi utara Taman Belambangan. Saat Gladi Bersih berlangsung pada H-1, ratusan penonton sudah terlihat antusias melihat bagaimana jalannya kisah legenda Sritanjung dan Sidopekso yang menjadi tema pagelaran BEC 2016 kali ini.
Pada awal pembukaan, yang akan dimulai pada pukul 12.00 WIB nanti, para penonton dan tamu undangan akan menyaksikan tarian gandrung dari 200 pelajar yang terpilih dari daerahnya masing-masing di Banyuwangi. "Tunjukan yang terbaik. Kalian adalah penari-penari terbaik dari daerahnya masing-masing," ujar Plt MY. Bramuda saat memberi semangat kepada para penari Gandrung usai gladi BEC, kemarin.
Para penari gandrung ini bakal mengiringi aksi teatrikal para aktor BEC yang menjadi tokoh legenda. Ada yang menjadi Patih Sidopekso dan istrinya Sritanjung, serta ada raja Sulah Hadi Kromo dari kerajaan di ujung Pulau Jawa bernama Sindurejo.
Aksi dramatikal yang mengisahkan bagaimana Patih Sidopekso sengaja diutus raja untuk melaksanakan tugas agar bisa keluar dari kerajaan Sindurejo dalam waktu cukup lama. Tujuannya agar raja Sulah Hadi Kromo bisa mendekati Sritanjung, istri Sidopekso.
Puncak kisah yang menjadi cikal bakal nama Banyuwangi ini terjadi ketika Patih Sidopekso naik pitam kepada Sritanjung karena mendapat kabar telah mengkhianati kesetiaan cintanya. Untuk membuktikan kesetiaan Sritanjung kepada Sidopekso, dia rela bunuh diri dengan menusuk pakai sebilah keris ke bagian perutnya.
Sritanjung berkata, bila darahnya mengeluarkan aroma wangi (harum) maka apa yang telah diyakinkan bahwa dirinya tidak pernah berkhianat, berarti benar. Namun, bila aroma darah yang keluar berbau busuk, maka Sritanjung memang telah berkhianat, atau selingkuh dengan raja, selama Patih Sidopekso menjalankan tugas. Ternyata, darah itu harum yang lantas membuat Patih Sidopekso menyesal.
"Tadi saya lihat dan dengar sudah banyak penonton yang berteriak histeris. Padahal belum menggunakan pakaian BEC," ujar Bramuda menanggapi.
Kisah Sritanjung yang menusuk dirinya di kubangan air, membawa aroma harum. Sampai sekarang, sumur tersebut masih dirawat dengan baik oleh Pemkab Banyuwangi. "Tarian gandrung dengan mengibaskan kipas itu tadi menggambarkan air," lanjut Bram.
Sementara ity, Billy Nugroho, salah satu penonton yang sudah menyaksikan mengatakan, pertunjukan BEC kali ini sangat bagus, karena bisa mengangkat sejarah Banyuwangi.
"Kalau begini kan masyarakat bisa tahu sejarah Banyuwangi seperti apa. Tadi pertunjukan teatrikalnya sudah bisa mempermainkan emosi. Terutama waktu Sidopekso menyesal ternyata darahnya wangi," ujar Billy usai menyaksikan Gladi BEC.
Semua yang ditambilkan dalam Gladi BEC merupakan persiapan dalam puncak pertunjukan yang akan berlangsung mulai pukul 12.00 WIB nanti.
"Besok banyak tamu datang. Mulai Bupati, Sekda, SKPD, se-Indonesia kumpul. Undangannya 5000 itu yang tercatat. Dari Cirebon bawa rombongan 50, ada dari Raja Ampat, dari Kota Bandung dan masih banyak lagi. Mereka datang sekaligus mau berkunjung ke wisata," ujar Bramuda.