Tidak harus mahal, justru jajanan tradisional seperti getuk, gemblong, kroket, klepon, pisang goreng, singkong, dan gado-gado justru lebih sehat.
Merdeka.com, Banyuwangi - Nutrisi dan kebersihan asupan anak-anak menjadi perhatian serius Pemkab Banyuwangi. Setelah membentuk Inspektur Cilik yang bertugas menjaga konsumsi siswa, kini diikuti gerakan jajan di kantin sehat sekolah untuk anak-anak sekolah.
Kantin sehat memiliki beberapa kriteria. Selain menjaga kebersihan, Kantin Sehat juga untuk menjaga nutrisi anak-anak. Sekolah-sekolah diinstruksikan memiliki Kantin Sehat, yang higienis bagi para siswanya. "Ini untuk menjaga kesehatan generasi penerus. Asupan anak harus dijaga," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Menurut Anas, jajan tidak selalu merupakan kebiasaan buruk, karena anak-anak sekolah punya aktivitas yang tinggi sehingga perlu asupan di antara waktu makan pagi dan siang. "Selain itu, jajan juga upaya pengenalan terhadap aneka ragam makanan," kata dia.
Ditambahkan Anas, kantin sehat diwajibkan menjual jajanan sehat. Jajanan sehat mengandung gizi cukup seperti kalori, protein dan vitamin. Tidak harus mahal, justru jajanan tradisional seperti getuk, gemblong, kroket, klepon, pisang goreng, singkong, dan gado-gado justru lebih sehat dan bergizi. "Paling penting, makanan yang dijual tidak mengandung zat berbahaya," ujarnya.
Kantin Sehat ini, lanjut Anas, telah digalakkan di seluruh sekolah di Banyuwangi. Sekolah-sekolah ini telah diedukasi seputar kriteria makanan sehat oleh Dinas Kesehatan dan puskesmas setempat. "Ini bagian dari pengendalian makanan untuk anak. Lebih baik preventif, daripada kita nantinya disibukkan masalah penyakit akibat asupan salah," kata Anas.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Widji Lestariono menambahkan, selain memberikan pendidikan masalah makanan sehat kepada sekolah, puskesmas juga melakukan pemeriksaan rutin terhadap jajanan sekolah. Bukan hanya yang di kantin sekolah, namun penjaja di luar pagar juga tak luput dari cek rutin.
"Tiap tiga bulan puskesmas ambil sampling di sekolah untuk dicek apakah ada kandungan bahayanya. Apakah mengandung boraks, formalin, rhodamin B, dan metanil yellow. Selama ini belum kita temukan jajanan di sekolah mengandung zat yang berbahaya, namun higienitas saja yang perlu ditingkatkan," ujar Dokter Rio, panggilan akrabnya.
Selain ke sekolah, puskesmas juga melakukan sosialisasi langsung ke tokoh masyarakat. "Kami juga menggelar pertemuan dengan tokoh masyarakat tentang makanan sehat. Misal, masyarakat kami minta juga turut mengingatkan penjaja makanan gorengan, agar sering mengganti minyak gorengnya," kata Dokter Rio.
Sebelumnya, Banyuwangi telah membentuk Inspektur Cilik yang ditugaskan salah satunya untuk menjaga teman-temannya agar mengonsumsi makanan sehat. Inspektur ini mengawasi dan memastikan jajanan sesama temannya aman dikonsumsi.
"Sudah ratusan sekolah telah membentuk inspektur cilik ini. Mereka saling berkoordinasi dengan guru kelasnya," katanya.
Selain itu, tugas inspektur ini untuk mendeteksi sejak dini, apabila ada temannya yang berpotensi tidak mampu sekolah. "Biasanya anak-anak lebih suka curhat pada temannya, daripada gurunya. Sehingga apabila mengetahui temannya kesulitan ekonomi dan berpotensi tidak bisa melanjutkan sekolah segera laporkan ke kepala sekolah," kata Dokter Rio.