1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Biji manik berusia ratusan tahun sedot perhatian warga Desa Margomulyo

Warga pun mulai ramai mencari biji manik ini sejak dua bulan yang lalu karena harga jualnya bisa mencapai Rp 7 juta.

Biji manik . ©2016 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Rabu, 14 September 2016 16:51

Merdeka.com, Banyuwangi - Warga Desa Margomulyo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi beramai-ramai mencari benda antik berupa biji manik di areal perkebunan karet PT Glenmore. Biji manik yang sudah terpendam selama ratusan tahun di dalam tanah ini rata-rata berada di kedalaman 2 meter. Sehingga tidak ada tanda-tanda di atas permukaan tanah yang menjadi pegangan informasi warga untuk menunjukan keberadaan manik-manik tersebut.
 
Warga hanya berpegangan informasi, keberadaan biji manik pasti ada di antara batu yang ditata seperti kotak harta karun. Metode mencarinya, masing-masing warga membawa besi berukuran 2 meter untuk ditancapkan ke tanah. Tujuannya, untuk meraba keberadaan batu yang menjadi kotak biji manik.

"Kalau sudah nyentuh batu, langsung digali tanahnya. Biasanya ada di antara batu itu. Kalau gak ada, ya sudah. Terkadang sampai tiga lobang gak dapat," ujar Afif (25) warga Desa Margomulyo kepada Merdeka Banyuwangi, Rabu (14/9).

Bermodal besi berukuran 2 meter warga pun menggali tanah untuk mencari biji manik
© 2016 merdeka.com/Mohammad Ulil Albab

Bila sudah mendapat biji manik di satu lobang, Afif mengatakan di area sekitarnya sudah pasti ada maniknya. "Pasti ada di sekitare. Biasanya nyarinya kelompok. Kerja sama menaikkan tanah dan batu-batunya," jelasnya.

Minimnya tanda atau informasi keberadaan biji manik dari permukaan tanah, membuat warga punya metode unik. Ada yang melalui jalur spiritual terlebih dahulu, meminta petunjuk lokasi pada leluhur lewat media sesaji dan kemenyan. Ada juga yang langsung meraba keberadaan manik menggunakan besi berukuran 2 meter tersebut.

Biji manik ini, termasuk benda purbakala. Diperkirakan sudah ada sejak abad 13, yang dibawa oleh bangsa India dan Cina. Bentuknya bermacam-macam. Biji manik yang ditemukan warga Desa Margomulyo ini sebagian besar hanya sebesar biji merica sampai berukuran seperti biji jagung. Warnanya macam-macam, merah, oranye, kuning, biru, cokelat dan motif warna lain. Semua manik memiliki lobang seperti bekas untuk digunakan tasbih, kalung atau gelang.

Warga terlihat menggali lubang mencari biji manik
© 2016 merdeka.com/Mohammad Ulil Albab

"Namanya ada manik oranye, seblak merah, anggora, seblak kuning, mata udang, masbron, blue dan macam-macam. Namanya manik semua ada lobangnya," kata pencari biji manik lainnya, Samsul (39).

Samsul tahu nama-nama manik tersebut dari pengepul atau pembeli. Dia mengatakan sudah pernah mencari biji manik di area Glenmore sejak tahun 1980-an. Tidak hanya biji manik, Samsul juga menemukan marmer, gelang perunggu. Ada juga yang menemukan benda pusaka seperti tombak dan keris. "Ada keris, tombak, tulang-tulang dan gigi manusia juga," ujar Samsul.

Soal harga, biji manik ini punya tingkatan variatif. Ada yang per gram Rp 50 ribu, seperti seblak oranye. Ada juga yang hanya Rp 20 per gram untuk jenis seblak merah.

Sejumlah warga tampak sibuk mengamati lubang-lubang galian
© 2016 merdeka.com/Mohammad Ulil Albab

"Tapi satu galian lobang bisa sampai 2 kilogram manik. Isinya macam-macam. Kemarin ada yang sampai dapat Rp 5 juta. Ada yang dapat Rp 7 juta. Paling mahal jenis Masbron dan blue. Besare sejari kelingking. Per biji Rp 50 ribu," ujarnya.

Samsul biasanya mulai mencari manik mulai pukul 07.00 WIB sampai 16.00 WIB. "Tapi kalau malam juga banyak. Ada yang yang nyari sampai jam 4 subuh. Ada yang buat tenda juga," kata dia.

Saat Merdeka Banyuwangi ke lokasi, ada puluhan orang yang sedang sibuk mencari. Ada yang sibuk menggali lobang, menyisir bekas galian tanah dan mencari titik baru bakal galian. Mulai Anak-anak sampai dewasa, menggunakan peralatan tradisional seperti cangkul, sekop, timba dan pisau atau sabit untuk mengorek tanah.

Biji manik temuan Warga Desa Margomulyo yang diduga berusia ratusan tahun
© 2016 merdeka.com/Mohammad Ulil Albab

Bila baru menemukan biji manik, cara memegangnya kata Samsul harus pelan-pelan. Perlu dibiarkan terkena angin selama beberapa menit agar kembali menjadi keras. "Kalau megange kasar langsung hancur," katanya.

Usai digali, lubang-lubang tersebut langsung ditutup kembali. Area mencari biji manik di lahan PT Perkebunan Glenmore ini merupakan bekas pohon karet yang baru ditebang. Warga mulai ramai mencari manik sejak dua bulan yang lalu. "Habis nyari lubangnya harus ditutup kembali. Satu lubang nyarinya sampai dua hari," kata Pria yang juga menjadi anggota Banser ini.

Bila warga butuh tenaga untuk menggali dan menutup lubang, sudah ada buruh yang bersedia dengan upah per lubang sebesar Rp 15 ribu.


(FF/MUA)
  1. Info Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA