1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

BKKBN: Jangan menikah pada usia dini

Usia matang laki-laki 25 tahun dan perempuan minimal 21 tahun untuk menikah.

©2017 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Senin, 17 April 2017 12:42

Merdeka.com, Banyuwangi - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Surya Chandra Surapaty melakukan kampanye Generasi Berencana (Genre) keliling Indonesia, salah satunya di Banyuwangi. Melalui kampanye tersebut, generasi muda diajak untuk berkata tidak untuk menikah usia dini, seks pra nikah dan konsumsi narkoba. Tiga hal tersebut, kata Surya harus dihindari agar generasi Indonesia tumbuh berkualitas menghadapi prediksi bonus demografi.

Dari situ, kata Surya generasi Genre diajak untuk menyusun perencanaan. Mulai dari kapan harus selesai sekolah, menikah, memiliki anak, mengabdi ke masyarakat dan hidup bersih sehat.

"Mengapa? Karena masa bonus demografi jumlah penduduk usia kerja pada 10-20 tahun ke depan, akan mendominasi. Untuk itu manusianya harus berkualitas agar tidak menjadi bencana," ujar Surya saat Gelar Aksi Genre di Taman Blambangan, Minggu (16/4).

Surya menjelaskan, standar usia pernikahan generasi muda minimal untuk Laki-laki harus berusia 25 tahun, sedangkan perempuan 21 tahun. Bila masih di bawah usia tersebut berisiko melahirkan generasi yang kurang berkualitas.

"Dalam usia pernikahan, perempuan di bawah 21 tahun masih kategori anak. Masih butuh perbaikan gizi dan masa pertumbuhan. Sehingga tidak mampu menghasilkan anak berkualitas," jelasnya.

Dari situ, dia membentuk komunitas Genre yang terdiri dari para siswa di setiap daerah untuk menjadi pelopor gerakan tersebut.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan KB, Mohammad Pua Jiwa menjelaskan angka pernikahan usia dini di Banyuwangi sudah menurun. Dari 10 ribu sampai 15 ribu pernikahan tiap tahunnya, saat ini tingal 12 persen yang masih menikah usia dini.

"Banyuwangi, presentase menurun. Dulu tahun 2014 masih 22 persen, sekarang 12 persen. Itu khusus usia kawin di bawah 21 tahun," jelas Pua.

Turunnya angka perikahan dini tersebut, dilakukan dengan upaya sosialisasi secara bertahap di setiap sekolah dan pondok di daerah yang rawan menikah usia dini. "Itu karena aspek pergaulan, budaya, ekonomi. Sehingga harus dikasih penyuluhan. Maka teman-teman Genre ini termasuk pahlawan. Kapan merencanakan sekolahnya, kapan bekerja, sampai kapan harus menikah," ujar dia.

(MH/MUA)
  1. Keluarga Berencana
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA