Hasil survei sebuah radio swasta di Surabaya menyebut; 40 persen mahasiswa di Bandung juga tidak hafal dasar negara.
Merdeka.com, Banyuwangi - Ditpolair Polda Jawa Timur bersama Satpolair Polres Banyuwangi menggelar Quick Wins Program jilid I di Pantai Mustika, Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Rabu (27/7). Program ini bertujuan membahas penertiban dan penegakkan hukum bagi organisasi radikal serta anti-Pancasila.
Pada acara tersebut, Kasatpolda Ditpolair Polda Jawa Timut, AKBP Heru Prasetyo, melakukan test. Dia memanggil dua perwakilan warga, laki dan perempuan. Keduanya diminta menghafal lambang Pancasila serta menyanyikan lagu Padamu Negeri. Sayangnya mereka gagal ujian.
Beruntung, Heru menilai kesalahan menghafal lambang Pancasila dan lagu Padamu Negeri yang dilakukan dua warga tersebut masih tergolong wajar. Sebab, hal ini menggambarkan kalau tidak semua warga NKRI hafal Pancasila plus perlambangnya.
Bahkan, hasil survei sebuah radio swasta di Surabaya menyebut; 40 persen mahasiswa di Bandung juga tidak hafal dasar negara. "Menghafal lambang Pancasila kok terbalik masih biasa. Intinya, masih ingat meski tidak hafal. Karena masih ada yang lebih parah," ungkap Heru.
Mantan Wakapolres Banyuwangi ini juga mengatakan, Quick Wins merupakan program Kapolri Jenderal Tito Karnavian. "Kegiatan ini juga menjalankan Nawacita Presiden Joko Widodo," ujarnya melanjutkan.
Di Banyuwangi, masih kata dia, selain menggelar sosialisasi penertiban ajaran radikal, pada Selasa malam, pihaknya juga menggelar cangkrukan bareng warga pesisir Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran dan nelayan Desa Gragajan, Kecamatan Purwoharjo.
Heru yang mewakili Dirpolair Polda Jawa Timur, Kombes Andreas Kusmayadi karena berhalangan hadir, itu juga menyebut sudah tiga hari menggelar temu muka dengan warga.
"Tiga hari kami melakukan temu muka dengan warga pesisir. Tujuannya memberikan pemahaman tentang hukum perairan serta penaggulangan paham radikal yang berpotensi muncul di kawasan pesisir seperti kasus Poso," tuturnya.
Di tempat sama, Asisten Pembangunan dan Kesra Pemkab Banyuwangi, Wiyono, yang turut hadir di acara menyambut baik Quick Wins ini. Dia menilai, program ini merupakan bentuk kepedulian aparat kepolisian terhadap warga pesisir yang jaraknya jauh dari pusat kota.
"Aparat sadar, tidak ada polisi tanpa rakyat. Kalau tidak peduli mana mungkin polisi perairan jauh-jauh datang dari Surabaya dan Banyuwangi menggelar acara di sini," papar Wiyono.
Di mata Wiyono, wilayah Pesanggaran, termasuk Pancer memiliki potensi strategis. Selain memiliki tambang emas, kecamatan di ujung selatan Bumi Blambangan ini juga memiliki wisata pantai terkenal.
Dengan potensi luar biasa itu, juga bisa menimbulkan kerawanan termasuk berkembangnya paham radikal. Karena itu Wiyono mengimbau agar warga tidak mudah salah kaprah memahami paham atau ajaran menyimpang.
"Misalnya memahami kata tunggal. Banyak yang keliru memahaminya. Tunggal diartikan satu. Padahal tunggal merupakan satuan-satuan yang dikumpulkan menjadi satu. Makanya pasangan Soekarno-Hatta itu disebut Dwi-Tunggal," ujarnya mencontohkan.