Semua tamu yang berkunjung dipersilahkan untuk menikmati kuliner khas Banyuwangi.
Merdeka.com, Banyuwangi - Bagi para pemudik yang bakal pulang ke kampung halaman di Kabupaten Banyuwangi, ada sejumlah acara menarik dan tentunya perlu didatangi sebagai pengobat rindu.
Setiap lebaran Idul Fitri, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menyediakan sejumlah kagiatan temu kangen para perantau dan kegiatan adat tradisi masyarakat Using yang dikemas dalam Banyuwangi Festival. Agar libur lebaran selama di Banyuwangi bisa berkualitas, mulai dari silaturahmi antar saudara kerabat terpenuhi sambil jalan-jalan, perlu mencatat empat agenda yang rutin digelar tiap lebaran Idul Fitri mulai 16 Juni sampai 24 Juni atau H+1 sampai H+9.
Pertama barong ider bumi menjadi satu tradisi yang sakral bagi warga Using di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah. Ider bumi jadi adat turun temurun untuk bersih desa, mengusir pagebluk, sekaligus wujud syukur kepada Tuhan atas melimpahnya hasil bumi.
Barong ider bumi selalu digelar pada tanggal 2 di Bulan Syawal, atau lebaran H+1 pada 16 Juni. Saat acara digelar, warga Using agar mengenakan baju adat dan mengarak barong di sepanjang jalan desa, sekaligus ziarah ke makam Buyut Cili. Barong ider bumi sudah rutin digelar sejak tahun 1840, saat terjadi pagebluk yang menyerang Desa Kemiren.
Tradisi adat barong ider bumi ditutup dengan makan pecel pitik di sepanjang jalan desa. Semua tamu yang berkunjung dipersilahkan untuk menikmati kuliner khas Banyuwangi ini.
Kemudian kedua Diaspora Banyuwangi, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi setiap lebaran ke tiga, selalu rutin menyambut para perantau untuk berkumpul dan silaturahmi bersama di Pendopo Sabha Swagata Blambangan.
Kegiatan dengan nama Diaspora Banyuwangi ini mengundang setiap perantau dari luar kota, provinsi dan luar negeri bisa duduk bersama. Para perantau yang rindu dengan kampung halaman bisa saling berbagi cerita dan membantu mengenalkan potensi Banyuwangi.
Diaspora Banyuwangi selain untuk menguatkan jalinan silaturahmi para perantau, juga bisa menjadi ruang untuk menumbuhkan rasa cinta kepada daerahnya. Diaspora kali ini akan dihadiri langsung oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Arief Yahya. Para perantau akan dijamu dengan berbagai kuliner tradisional khas Banyuwangi.
Jadi bisa dicatat tanggalnya untuk hadir dan saling menguatkan jejaring silaturahmi pada 17 Juni atau lebaran hari ketiga mendatang.
Keempat Seblang Olehsari perlu jadi referensi untuk mengenal salah satu warisan seni budaya kuno di Kabupaten Banyuwangi. Diperkirakan sudah ada sejak tahun 1930.
Tradisi adat Seblang di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah pernah menjadi simbol perlawanan kepada Kolonial Belanda melalui syair-syair dan gerakan penari. Nama Seblang sendiri berarti 'Sebelnya Hilang'.
Menariknya, Seblang Olehsari dibawakan oleh penari perempuan yang sedang kejiman atau kerasukan para leluhur. Penari Seblang akan menari rutin selama 7 hari. Seblang Olehsari dijadwalkan akan berlangsung mulai tanggal 18-22 Juni nanti, atau mulai pada H+ 3 lebaran Idul Fitri.
Kemudian kelima Tradisi Puter Kayun yang rutin digelar masyarakat Boyolangu, Kecamatan Giri juga punya kisah menarik yang perlu dikunjungi. Setiap tanggal 10 syawal warga Boyolangu menghias kuda kudanya untuk bersilaturahmi dengan perjuangan leluhurnya, Buyut Jokso.
Puter Kayun sudah berlangsung sejak era Mas Alit 1774, bupati pertama Banyuwangi. Buyut Jaksa saat itu berhasil ditugaskan untuk menjebol Gunung Watu Dodol yang menjadi proyek jalur Pantura. Tradisi ini sudah turun temurun ratusan tahun hingga saat ini.
Kekhusukan warga dalam menjaga silaturahmi dengan leluhurnya ini menjadi daya tarik untuk memikat kunjungan wisatawan ke Banyuwangi.