1. BANYUWANGI
  2. LAPAK

Inilah batik khas Banyuwangi, harga terjangkau dan berkualitas

Banyuwangi memiliki batik dengan logo khas, yakni Gajah Uling.

©2016 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Rabu, 23 Maret 2016 10:47

Merdeka.com, Banyuwangi - Masyarakat Banyuwangi memiliki beragam kreativitas seni dan budaya. Salah satunya, kreativitas seni membatik. Banyuwangi memiliki batik dengan logo khas, yakni Gajah Uling.

Industri rumahan yang memproduksi batik-batik khas Banyuwangi Salah satunya, milik keluarga almarhum Endang, diteruskan oleh anak-anaknya. Industri tersebut bernama Sanggar Pengrajin Batik Gajah Uling Sayuwiwit, di daerah Temenggungan.  

Sanggar Pengrajin Batik Gajah Uling Sayuwiwit memiliki ratusan motif batik. Ada tiga bagian yang digunakan dalam proses membuat batik, ada motif untuk batik cap, semi tulis, dan tulis.   

Yayan (47), kepala teknisi Sanggar Pengrajin Batik Gajah Uling Sayuwiwit menjelaskan, Banyuwangi memiliki beragam motif batik tulis. Antara lain, ada Kangkung Stikes, Parasgempal, Sekar Jagat dan sebagainya. “Itu semua untuk motif batik tulis,” ujarnya saat ditemui Merdeka Banyuwangi, di ruang kerjanya, Selasa (22/3).

Banyak orang menganggap Gajah Uling merupakan motif batik. Yayan menegaskan bahwa, Gajah Uling merupakan logo batik khas Banyuwangi. “Kalau gajah uling itu logo, bukan motif batik. Itu logo khas Banyuwangi,” tegasnya.  

Untuk batik semi tulis, merupakan kombinasi dari batik cap dan batik tulis. Motif batik yang digunakan, kata Yayan, sesuai pemesanan. Sedangkan untuk batik cap, sanggar batik ini memiliki ratusan motif. Hasil batik cap tradisional dengan kombinasi logo gajah uling dan motif sulur, biasa diterapkan pada selendang untuk menggendong bayi.

“Kalau cap banyak motif, sampai ratusan. Beberapa di antaranya ada motif daun-daun, niwari, pakis, tulus,” jelasnya.

Untuk harga batik paling murah berada di kisaran 80 ribu sampai 90 ribu per potong. Masing-masing potong selebar dua meter. Harga tersebut berlaku untuk batik dengan motif cetakan atau cap. Proses pembuatan batik cap, kata dia, paling cepat dikerjakan.  

“Untuk yang batik cap, dua hari saja bisa jadi, per potong,” ujarnya.

Selain itu, harga batik tulis menduduki posisi paling tinggi. Dikarenakan proses pembuatannya yang lama, serta membutuhkan ketelatenan dan hati-hati.

“Tulisnya 350 sampai 500 per potong, bisa sampai satu juta, tergantung tingkat kesulitannya,” jelasnya. Sedangkan untuk yang semi tulis, berada di kisaran 135 per potong.

Proses pembuatan batik tulis, bisa memakan waktu sampai dua pekan. Sedangkan untuk batik semi tulis, cukup membutuhkan waktu tiga hari, untuk estimasi waktu per potongnya.

Sanggar Pengrajin Batik Gajah Uling Sayuwiwit, sudah ada sejak 1995. Para pelanggan, bisa memesan dengan membawa contoh warna yang diinginkan, dan memilih motif batik sendiri. Lama pemesenan, kata Yayan, tergantung dengan kondisi cuaca, karena musim panas akan membantu proses pengeringan.

Proses pembuatan batik

Tidak banyak orang yang tahu, bagaimana proses pembuatan batik. Pembeli seringkali hanya pesan dan menunggu jadi. Padahal, dalam pembuatan batik dibutuhkan jiwa seni yang tinggi, ketelatenan, dan kedisiplinan.

Ada beberapa proses singkat membuat batik. Mulanya, bahan kain dari pabrik direndam satu malam di air yang dicampur garam. “Itu untuk menghilangkan finising, dalam pabrik biar tidak kaku," jelasnya.

Setelah direndam, kain batik yang sudah bersih dan lemas, akan dikeringkan. Setelah itu tinggal pewarnaan, menyesuaikan permintaan pelanggan. “Pewarnaan tergantung permintaan. Kalau yang pesan minta warna, diwarna dulu. Ada yang minta dari kain putih langsung dicap,” jelasnya.

Kata Yayan, ada dua jenis pewarnaan. Pertama menggunakan bahan remasol, yang membutuhkan pengunci warna waterglass. Selanjutnya, ada yang menggunakan naptol, tanpa menggunakan pengunci warna.

“Yang jelas, untuk Banyuwangi suka warna yang ngejreng. Kalau yang merah, merah sekalian,” ujarnya.

Untuk bagian batik tulis dan semi tulis, sebagian besar dikerjakan oleh Ibu-ibu rumah tangga asal Temenggungan. Mereka, kata Yayan, harus telaten dan mengetahui ukuran panas malam dan cat.

Menurut Yayan, industri rumahan milik keluarga almarhum Endang ini belum memproduksi batik dari pewarna alami, karena prosesnya yang sulit dan lama. Namun bila si pemesan bisa sabar menunggu, Yayan sebagai kepala teknisi, bersedia membuatkan.

“Warna alam ada yang dari Tawas, dan pepohonan. Warna alam buat sekarang, tiga hari baru bisa pakai. Si pemesan mau sabar ya bisa saja,” jelasnya.  Hanya saja, dia belum bisa menjamin bila pesan 100, semua warnanya bisa identik sama.

“Pembatik yang paling sulit urusan warna. Pemesan bawa warna apa, harus bisa,” pungkasnya.

(MH/MUA)
  1. Khas Banyuwangi
  2. Kerajinan
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA