"Banyuwangi masuk dalam 44 daerah yang terpilih sebagai pengelolaan sampah terbaik karena sejumlah inovasi," kata Yusuf.
Merdeka.com, Banyuwangi - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) memilih 44 daerah seluruh Indonesia, salah satunya Kabupaten Banyuwangi untuk menjadi percontohan pengelolaan sampah. Banyuwangi dinilai pro aktif dalam upaya mengkampanyekan penguraian dan pemanfaatan sampah.
Hal ini disampaikan Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) saat rapat di Kantor Pemkab Banyuwangi Rabu (8/8), usai diundang melakukan rapat dengan Kementerian LHK.
"Banyuwangi masuk dalam 44 daerah yang terpilih sebagai pengelolaan sampah terbaik karena sejumlah inovasi. Salah satunya mengangkat sampah dalam agenda festival," ujar Yusuf.
Yusuf melanjutkan, usai terpilh sebagai pilot project pengelolaan sampah, Banyuwangi bakal mendapat bantuan dari Bank Dunia.
"Dalam rapat ada 44 daerah (kota, kabupaten dan provinsi) termasuk Banyuwangi yang diundang khusus Kementerian LHK. Kami diundang karena punya komitmen dalam pengelolaan sampah," kata Yusuf.
Dalam rapat, Yusuf mendapat informasi bakal mendapat program bantuan dari Bank Dunia untuk pengelolaan sampah. Meski detail bantuan tersebut belum disampaikan secara rinci.
"Salah satu bentuk bantuannya seperti studi banding pengelolaan sampah di Banjarmasin yang dinilai terbaik di Indonesia," katanya.
Sejumlah even rutin Banyuwangi Festival yang dinilai aktif dalam gerakan pengelolaan sampah seperti Green and Recycle Festival yang mengajak masyarakat untuk mendesain baju karnaval dan beragam produk berbahan sampah plastik.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Banyuwangi, Husnul Khotimah menambahkan, volume sampai di Banyuwangi dalam sehari bisa mencapai 25 ton. Estimasi sampah tersebut yang masuk ke dalam Tempat Pembuangan Akhir (TPA) terbesar di TPA Bulusan.
Di TPA Bulusan, kata Husnul, punya sistem pemilahan sampah yang cukup membantu untuk mengurangi debit sampah di TPA.
"Sampah yang masuk ke TPA Bulusan sudah dipilah dari empat depo sampah. Kalau tidak dipilah mungkin sampah yang masuk bisa 30 ton per harinya," kata Husnul.
Pemilahan di depo sampah masyarakat dilakukan untuk memisahkan nilai sampah yang layak bisa dimanfaatkan. Saat sampah sudah masuk ke TPA pemilahan kembali dilakukan untuk memisahkan sampah organik dan unorganik.
"Luas TPA Bulusan ada 1,5 hektare. Ketinggian sampahnya pernah sampai 12 meter. Setelah ada sistem pemilahan sampah, bisa ketinggiannya sampai 7 meter," katanya.