1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Kunjungi pasar tradisional Banyuwangi, Mendag cek harga daging jelang Ramadhan

"Tahun-tahun lalu menjelang Idul Fitri naik sampai Rp 80 ribu per kilogram ayam potong," kata Tutik.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. ©2018 Merdeka.com Editor : Endang Saputra | Jum'at, 11 Mei 2018 10:43

Merdeka.com, Banyuwangi - Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengunjungi Pasar Rogojampi, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (10/5). Selain untuk memantau kebutuhan pokok seperti beras dan gula jelang Bulan Ramadhan, dia juga memeriksa harga berbagai jenis daging.

Salah satu pedagang daging ayam Tutik, mengatakan saat ini harga ayam kampung per kilogram Rp 72 ribu, naik dari Rp 70 ribu sejak seminggu lalu. Sedangkan ayam potong per kilogram harganya Rp 30 ribu bila dijual utuh, atau Rp 33 ribu dalam potongan-potongan bagian yang penuh daging.

"Tahun-tahun lalu menjelang Idul Fitri naik sampai Rp 80 ribu per kilogram ayam potong," kata Tutik.

Setelah itu Enggar dan rombongan bergeser ke lapak Yuyun, penjual daging sapi. Wanita berkerudung itu menjelaskan hari ini dia menjual daging sapi segar dengan harga Rp 120 ribu per kilogram.

"Biasanya lebaran kurang 1 minggu harganya naik, paling mahal naik Rp 130 ribu," katanya.

Kemudian informasi harga daging kambing di Pasar Rogojampi diketahui Enggar dari Sahriah di lapak jualannya. Dia mengatakan harga daging kambing masih normal, Rp 120 ribu per kilogram. Menjelang Hari Raya Idul Fitri, biasanya akan naik Rp 5 ribu atau Rp 10 ribu.

"Mau bulan puasa ini penjualan meningkat. Kalau biasanya jualan 1 sampai 3 ekor kambing, sebelum Ramadhan seperti sekarang sampai 5 ekor per hari," kata dia.

Kepada awak media, Enggar mengatakan harga kebutuhan pokok cenderung turun di 32 provinsi yang dia kunjungi jelang Bulan Ramadhan. Dia juga mengatakan tidak ada kekhawatiran akan naiknya harga kebutuhan karena suplai yang melebihi kebutuhan.

"Tidak usah khawatir karena stoknya lebih dari cukup. Secara nasional cukup dan petugas kita pantau terus di pasar," ungkapnya.

Kenaikan harga terjadi pada cabai merah besar dan harga telur ayam, meski hanya sedikit. Dia mengatakan cabai merah besar akan segera turun harganya karena beberapa daerah akan panen dalam waktu dekat.

Sedangkan masalah telur ayam, menurut Enggar merupakan kasus khusus di mana keuntungan peternak dan jangkauan daya beli masyarakat menjadi perhatian utama. Kini khusus untuk telur ayam dikenakan harga batas atas, yakni Rp 32 ribu. Namun di sebagian daerah harga menembus batas atas hingga Rp 33 ribu.

"Kemarin peternak datang dari Blitar, dari Boyolali, datang karena harganya selalu di bawah, dan lebih dari 40 persen mereka tutup. Lalu kita sepakati ada harga batas atas dan bawah. Lalu kita temukan ada yang harganya di atas batas atas. Akan segera kita telepon untuk menagih komitmen mereka," kata dia.

Komoditas lain seperti gula, minyak dan terigu juga dia klaim dalam kondisi aman. Untuk daging, Enggar mengatakan tahun ini memasok 50 ribu ton daging kerbau beku dari India untuk didistribusikan ke daerah-daerah yang membutuhkan pasokan.

Dia juga mewajibkan seluruh importir daging sapi dari Australia, untuk memasukkan 30 persen setara paha depan dan karkas dengan harga jual Rp 80 ribu per kilogram.

Banyuwangi nampaknya bukan daerah yang akan kemasukan daging beku tersebut karena Pemerintah Provinsi Jawa Timur membuat kebijakan menolak daging impor masuk ke wilayahnya karena telah surplus.

"Rakyat bisa memilih mau daging beku yang Rp 80 ribu per kilogram silahkan, mau daging segar Rp 110 ribu sampai Rp 120 ribu per kilogram silahkan," kata Enggar.

Dia mengatakan mayoritas daerah-daerah di Indonesia menerima daging beku impor itu dan membiarkan masyarakat memilih sendiri untuk membeli daging beku atau segar. Namun begitu dia tetap menghormati kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang lebih mengutamakan produk peternakan sapi lokal.

"Jelang Ramadhan insya allah sembako aman. Ada (kenaikan) sedikit, langsung kita drop, sekarang turun," katanya.

(ES) Laporan: Ahmad Suudi
  1. Ekonomi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA