1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Lalat tentara hitam si pemakan sampah, jadi pakan alternatif

"Harapannya Indonesia bisa lebih bersih di 2020. Maggot (belatung) BSF jadi pengurai sampah organik paling efektif".

©2018 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Senin, 20 Agustus 2018 16:44

Merdeka.com, Banyuwangi - Decky Andrian (48), pengusaha pakan alternatif dan pengurai sampah Black Soldier Fly (BSF) saat ini sudah memiliki anggota di hampir semua provinsi di Indonesia. Decky bersama temannya Yuri optimis budidaya BSF bisa membantu Indonesia bebas sampah pada 2020.

"Harapannya Indonesia bisa lebih bersih di 2020. Maggot (belatung) BSF jadi pengurai sampah organik paling efektif, karena dia bisa makan 24 jam tanpa henti hingga dua kali berat tubuhnya. Tapi sampah kalau diurai bakteri biasa sampai sebulan enggak habis," kata Decky saat pameran teknologi inovasi di Taman Blambangan, Kabupaten Banyuwangi, beberapa waktu lalu.

BSF merupakan lalat dengan jenis yang berbeda pada umumnya. BSF tidak membawa wabah dan memakan bangkai seperti jenis lalat hijau. Belatung BSF juga sangat produktif dan bisa menjadi makanan alternatif peternak.

"Kandungan protein sampai 40 persen. Jadi sangat membantu untuk peternak, bisa menghemat hingga 80 persen karena sampah tidak perlu beli," kata dia.

Satu kluster telur BSF bisa berisi 500-900 ekor maggot. Menariknya, penguraian sampah oleh BSF yang tepat tidak bakal mengeluarkan bau yang mengganggu.

"Cita-cita besarnya, masyarakat bisa mengolah sampah tanpa bau. Saya akan terus keliling Indonesia, saya cita-cita ketemu presiden ingin bilang Indonesia optimis bisa bebas sampah. Kami sudah memulai ini sejak 2007," kata dia.

Anggota Yuri BSF, saat sudah berjumlah ratusan dan tersebar di setiap provinsi dan kota di Indonesia. Beberapa diantaranya seperti di Banyuwangi, Lumajang, Kebumen, Semarang, Jogjakarta, Bandung, Surabaya, Lombok, Palembang, Samarinda, dan Makasar.

"Anggota kami tersebar di semua provinsi. Kami Ada training, agar budidayanya tidak bau. Biar tepat pengelolaannya," jelasnya.

Sementara itu, salah satu pembudidaya BSF asal Banyuwangi, Chandra Wiyana setiap hari membutuhkan 2-3 mobil sampah untuk memberi makan BSF-nya. Chandra bekerjasama dengan pedagang yang menghasilkan sampah di pasar.

"Kami ambil dari pengepul sayur, buah. Hampir satu ton per hari. Dan itu satu orang. Di Banyuwangi sudah ada 8 orang yang menekuni BSF," ujarnya.

"Hasil belatungnya ini bisa dipakai untuk pakan ternak, bisa juga dibikin menjadi bahan konsentrat," jelasnya. Tiap 100 gram belatung BSF bisa dijual dengan harga Rp 10 ribu.

 

(ES/MUA)
  1. Peristiwa
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA