Ikan lele tersebut dikembangkan Sadid di pekarangan belakang rumah seluas 400 meter persegi.
Merdeka.com, Banyuwangi - Program 100 ribu kolam ikan yang digagas oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mendapatkan sambutan baik dari warga. Kini banyak warga yang memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk beternak ikan. Salah satunya adalah Ahmad Sadid Bustomi yang sukses membudidayakan ikan lele di kawasan dataran tinggi.
Sadid bisa dibilang pemuda yang gigih. Meski tidak memiliki latar belakang peternak ikan, Sadid bersama belasan pemuda Desa Sragi Kecamatan Songgon Banyuwangi yang tergabung dalam kelompok pembudidaya ikan (pokdadan) Bayu Pamili berhasil mengembangkan lele di desa mereka yang terletak di daerah perbukitan.
"Banyak yang bilang kalau ternak lele di kawasan dingin tidak akan berhasil. Kami lalu mencoba berbagai cara dan akhirnya ketemu medianya, yakni kolam dilapisi terpal untuk menjaga suhu kolam tetap hangat. Lele berkembang dengan baik," ujar Sadid saat dikunjungi Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas beberapa waktu lalu.
Ikan lele tersebut dikembangkan Sadid di pekarangan belakang rumah seluas 400 meter persegi. Di lahan tersebut terdapat 20 tong yang dilapisi terpal dengan ditopang rangka besi itu berukuran 1,5 meter dan lebar 3 meter. Masing-masing tong berisi 9-10 ribu ikan. Lele yang dibudidayakan Ahmad merupakan lele konsumsi berjenis lele jumbo dan sangkuriang.
Dalam budidaya lelenya, Ahmad menggunakan sistem bioflok, yakni sistem pemeliharaan ikan dengan cara menumbuhkan mikroorganisme yang berfungsi mengolah limbah budidaya itu sendiri menjadi gumpalan-gumpalan kecil (floc) yang bermanfaat sebagai makanan alami ikan.
“Sistem bioflok ini bisa mengurangi biaya produksi, terutama pakannya. Ini karena limbah budidaya kami olah jadi pakan dengan menambah probiotik," katanya.
Kini Sadid tidak hanya berhasil membuktikan diri, namun juga sukses meningkatkan penghasilannya. Setiap 2 bulan, satu kolam terpal menghasilkan Rp 9 juta. Tak sulit bagi mereka untuk mendistribusikan hasil panen tersebut. Sebab banyak permintaan pengiriman ikan air tawar jenis lele di beberapa kota besar, salah satunya adalah Denpasar, Bali.
"Dengan modal hanya kurang Rp 3 juta, hasil kita sampai 9 jutaan lebih. Kita juga akan menambah kolam terpal lagi di wilayah sini," ujar Sadid.
Sementara itu, Bupati Anas berharap kegiatan budidaya ikan dengan memanfaatkan lahan yang ada bisa meningkatkan kesejahteraan warga. Apalagi ditunjang dengan beragam inovasi warga untuk bisa meningkatkan produksi ikan, tentunya bisa meningkatkan taraf hidup warga desa.
“Seperti sistem bioflok dan kolam terpal ini. Selain bisa menghemat lahan, mereka juga mampu mengatasi kendala yang ada dan hasilnya menjanjikan pula,” kata Anas saat meninjau pembudidayaan lele tersebut.
Untuk mendukung sukses program 100 ribu kolam, kedepannya Pemkab akan menggandeng pengusaha tambak besar untuk menyalurkan dana CSR-nya di program pembudidayaan ikan dengan bioflok. ”Kami akan minta perusahaan ikan untuk menyalurkan CSR-nya untuk membantu warga desa menerapkan sistem ini. Dengan begitu program 100 ribu kolam akan semakin cepat terealisasi untuk menciptakan ketahanan pangan keluarga,” ujar Anas.
Menurutnya, program 10 ribu kolam ikan yang digagas Pemkab Banyuwangi sebelumnya, telah menuai hasil. Dari target 10.000 kolam telah terdapat 13.215 kolam ikan. Dari 13.215 kolam ikan tersebut bisa menghasilkan 3.700 ton ikan dengan potensi Rp 50 miliar. Saat ini juga terdapat lebih 5 ribu pembudidayaan ikan di Banyuwangi.