"Masyarakat dilibatkan dalam simulasi ini sebagai bagian dari edukasi sadar bencana".
Merdeka.com, Banyuwangi - Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur menggelar simulasi penanggulangan bencana tsunami bersama jajaran TNI, Pemkab Banyuwangi, dan kelompok masyarakat di Pantai Mustika, Dusun Pancer, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Sabtu (5/1).
"Ini untuk meningkatkan kesiapsiagaan aparat dan semua stakeholder terkait. Juga untuk memperkuat sinergitas antar aparat dalam menghadapi bencana," ungkap Kapolda Jatim Irjen Pol Luki Hermawan.
Simulasi tersebut diikuti lebih dari 300 personel dari berbagai elemen. Mulai kepolisian, TNI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi, Satpol PP, Dinas Kesehatan, petugas pemadam kebakaran, Tagana, dan sejumlah elemen masyarakat lainnya. Latihan gabungan ini untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan semua elemen, mulai tahap antisipasi, penanganan, hingga pemulihan pascabencana.
Simulasi tersebut dihadiri oleh Kapolres dan Dandim serta Danlanal yang daerahnya memiliki garis pantai di Jawa Timur. Hadir pula Danrem Baladika Jaya Komandan Korem (Danrem) 083/Baladhika Jaya, Kolonel Inf Bagus Suryadi Tayo.
Selain dari aparat, simulasi tersebut juga melibatkan masyarakat setempat. Kawasan Pancer sendiri pernah dilanda bencana tsunami pada 1994.
"Masyarakat dilibatkan dalam simulasi ini sebagai bagian dari edukasi sadar bencana, agar publik memahami gejala awal bencana dan bagaimana harus bertindak," imbuh Luki.
"Kita awali kegiatan penanggulangan bencana ini dari ujung timur Pulau Jawa, lalu beberapa kabupaten lain yang berbatasan langsung dengan pantai selatan," kata Luki.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menambahkan, simulasi penanggulang bencana tsunami ini penting disosialisasikan.
"Peningkatan kesigapan ini penting untuk dikampanyekan kepada masyarakat. Di tengah tingkat kunjungan wisata yang cukup tinggi di kawasan pantai ini, jadi harus tersampaikan dengan baik," terang Anas.
Pemkab Banyuwangi sendiri telah menyiapkan infrastruktur terkait kebencanaan, seperti tempat evakuasi, dan rambu-rambu penunjuk jalur evakuasi. "Tentunya kita tidak mengharapkan. Tapi, kita telah melakukan antisipasi dengan berbagai teknologi dan upaya yang ada," paparnya.
Sementara itu, salah seorang warga yang mengikuti simulasi tersebut, Haryono (50) mengungkap rasa syukur atas kegiatan tersebut. Menurutnya, ini penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
"Pada tsunami 1994, saya salah seorang korbannya. Dulu tidak pernah ada simulasi, jadi warga tidak ada yang memiliki wawasan seperti ini. Jadi, ini penting untuk melatih masyarakat," katanya.