APBdes telah menganggarkan Rp 9,1 miliar untuk merenovasi 969 rumah tak layak di Banyuwangi.
Merdeka.com, Banyuwangi - Program pengentasan kemiskinan terus digenjot oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Di antaranya dengan melakukan bedah rumah warga miskin. Salah satu rumah yang dibedah adalah kediaman ibu Asnapah, warga Dusun Panggang, Desa Kampung Anyar, Kecamatan Glagah.
“Kita sedang fokus untuk melakukan pengentasan kemiskinan. Setiap warga miskin yang tinggal sebatang kara dengan rumah yang tidak layak langsung kita tangani. Rumahnya kita bedah, diberi bantuan sembako secara reguler dan juga pemeriksaan kesehatan rutin dari Puskesmas terdekat,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang meninjau langsung kediaman Asnapah yang sedang dibangun, Kamis (20/4).
Bupati Anas menerangkan program ini dilakukan secara bergotong royong dengan banyak pihak. Anas menyadari tidak mungkin menangani masalah kemiskinan ini hanya dengan tangan pemkab.
"Seperti rumah bu Asnapah ini ada bantuan dari TNI AD, jadi semua harus sinergis. Bahkan kami juga mengajak PLN untuk segera mengalirkan listrik ke rumah warga miskin. Dananya susah tersedia," jelas Anas.
Selain itu, Anas telah mendelegasikan ke tingkat desa untuk program bantuan yang bersifat primer bagi warga miskin. Seiring itu, pemkab menambah dana transfer daerah ke desa untuk membantu kasus-kasus yang butuh penanganan cepat.
“Akan sangat lambat jika penanganan warga miskin ini, harus menunggu persetujuan bupati. Jadi biar cepat diatasi kami mendistribusikan kebijakan hingga ke tingkat desa,” ujarnya.
Pada tahun 2017 ini, pemkab telah memberikan instruksi kepada desa untuk mengalokasikan anggaran bedah rumah bagi warganya. Tercatat APBdes telah menganggarkan Rp 9,1 miliar untuk merenovasi 969 rumah tak layak.
Sementara itu, Camat Glagah Astorik menjelaskan bahwa rumah Mbah Nduk – panggilan akrab Asnapah, ini telah direnovasi sejak satu minggu lalu. Dia tinggal sebatang kara di sebuah rumah tak layak huni yang menumpang di tanah orang. “Suami dan dua orang anaknya telah meninggal. Sekarang tinggal saudara iparnya, Samih yang juga tinggal sendiri,” kata Astorik.
Dengan kondisi demikian, kepala desa setempat lalu berinisiatif untuk melakukan relokasi ke tanah almarhum kakaknya Darmin, yang kini ditempati oleh saudara iparnya, Samih. Relokasi ini sekaligus merenovasi kediaman Mbah Nduk.
“Agar lebih nyaman tinggal berdekatan dengan keluarga. Selain itu, juga lebih mudah untuk memantau perkembangannya. Karena keduanya merupakan janda lanjut usia yang harus dibantu,” ujarnya.