Banyuwangi memiliki sejumlah program menjaga kelestarian alam, salah satunya Program Sedekah Oksigen.
Merdeka.com, Banyuwangi - The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), tetapkan dua situs hayati di Banyuwangi, Jawa Timur sebagai jaringan Cagar Biosfer Dunia. Dua lokasi itu adalah, Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Ijen dan Taman Nasional (TN) Alas Purwo.
Penetapan oleh salah satu lembaga khusus di bawah sistem Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) ini, dilakukan pada 18 hingga 20 Maret 2016 saat sidang International Coordinating Council (ICC) Program MAB (Man and the Biosphere) UNESCO ke 28 digelar di Kota Lima, Peru.
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas menyambut semringah kabar ini. Karena ini akan menjadi nilai tambah bagi daerahnya mengangkat konsep ekoturisme (ecotourism) dalam pengembangan pariwisata.
"Program Cagar Biosfer selaras dengan komitmen kami mengusung konsep pengembangan wisata yang menyuguhkan keindahan lingkungan. Ini juga akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang ke Banyuwangi," kata Anas, Rabu (23/3).
Pemkab Banyuwangi sendiri, lanjut Anas, memiliki sejumlah program menjaga kelestarian alam, salah satunya Program Sedekah Oksigen, yang diimplementasikan dalam gerakan penanaman pohon secara masif dan pengembagan hayati di seluruh Bumi Blambangan.
Sementara Gunung Ijen dan Alas Purwo, tergabung dalam Cagar Biosfer Blambangan bersama TN Meru Betiri dan TN Baluran yang letaknya beririsan dengan Banyuwangi.
Sedangkan Biosphere reserves (cagar biosfer), merupakan situs yang ditunjuk pelbagai negara melalui kerja sama Program MAB-UNESCO. Tujuan dari program ini, mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan.
Anas juga mengungkap, dari informasi diterima pihaknya via jaringan elektronik, Selasa kemarin (22/3), penetapan UNESCO ini menunjukkan komitmen Indonesia, Banyuwangi (daerah) khususnya atas perlindungan sumber daya alam dan lingkungan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan.
Dikatakan Anas, informasi tersebut dikirim oleh Direktur Eksekutif Komite Nasional Program MAB-UNESCO LIPI Indonesia, Purwanto langsung dari Peru. "Cagar Biosfer Blambangan, sebelumnya sudah diusulkan menjadi bagian dari jaringan Cagar Biosfer Dunia pada 2015 lalu."
Menurut Purwanto, seperti yang disampaikan Anas, Cagar Biosfer Blambangan terpilih karena mampu memenuhi syarat sebagai bagian jaringan Cagar Biosfer Dunia. "Di antaranya memiliki keunikan baik keanekaragaman hayati maupun budaya masyarakat lokalnya," ucap Anas mengutip informasi Purwanto.
Dengan menjadi cagar biosfer, ada beberapa keuntungan yang didapatkan. Pertama, adalah keuntungan ekologi. Artinya, sumber daya alam (SDA) hayati dan budaya dalam cagar biosfer terlindungi dan terkelola dengan baik.
"Selain itu, keuntungan ekonomi yang pengelolaan wilayah sekitar akan dikembangkan secara berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat sekitar. Serta keuntungan sosial budaya dan capacity building untuk pengembangan ilmu pengetahuan," paparnya.
Sekadar tahu, Cagar Biosfer Blambangan meliputi kawasan seluas 678.947,36 hektar. Luas kawasan ini terbagi tiga zona, yaitu area inti, penyangga dan transisi. "Zona inti, luasnya 127.855,62 hektar. Area ini meliputi empat kawasan konservasi terdiri atas tiga taman nasional, yaitu Alas Purwo, Baluran dan Meru Betiri," katanya lagi.
Kedua adalah zona penyangga. Area cagar alam penyangga ini berada di Kawah Ijen, dengan luas 230.277,4 hektar. Dan terakhir adalah zona transisi dengan luas 320.814.34 hektar. "Ini juga akan menjadi promosi strategis bagi daerah. Karena ada 120 negara yang menjadi anggota MAB-UNESCO," sambungnya.
Tiap tahun, anggota MAB-UNESCO ini, melakukan pertemuan dan sharing tentang Cagar Budaya Biosfer. "Konsep cagar biosfer sendiri telah digagas oleh UNESCO sejak 1971 dan hingga saat ini jumlahnya mencapai 669 kawasan di 120 negara di dunia," pungkasnya.