Kayu-kayu ini tak bertuan. Hanyut saat banjir bandang menerjang Jumat lalu.
Merdeka.com, Banyuwangi - Banjir Bandang yang terjadi di Sungai Badeng, Kabupaten Banyuwangi pada Jumat, 22 Juni 2018 membawa musibah sekaligus berkah bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang bantaran sungai. Banjir bandang membuat ratusan rumah terendam lumpur, sebagian rusak parah.
Di sisi lain, warga juga berburu ratusan batang pohon yang hanyut dan tercecer dari hulu hingga hilir Sungai Badeng. Lumpur dan pasir juga dinilai menjadi berkah jangka panjang untuk kesuburan tanah.
Banjir bandang berasal dari longsoran material vulkanik di Gunung Raung. Longsor terjadi akibat curah hujan terus menerus yang menyebabkan tergerusnya gumpalan material vulkanik bekas muntahan letusan Gunung Raung.
Banjir bandang membawa kiriman lumpur, pasir vulkanik, dan menyeret pepohonan besar di kawasan hutan lindung dan Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Banyuwangi Barat. Sore itu, Keliwon (40) bersama dua rekannya, berburu pohon besar yang tercecer di kawasan hulu Sungai Badeng, Desa Sumberbulu, Kecamatan Songgon. Kliwon, terlihat menandai pohon yang sudah tercabut dari akarnya ini dengan tali yang diikatkan ke batang. Tali menjadi tanda bahwa Kliwon dan temannya yang pertama kali menemukan untuk dimiliki.
"Ora ngerti iki jenis kayu opoan. Seng jelas kayu kenter. Tapi seng kayu pinus aku ra wani nggowo (yang jenis pohon pinus saya tidak berani bawa), soale punyaknya Perhutani," ujar Kliwon kepada Merdeka Banyuwangi disela memotong memotong kayu," Sabtu, (23/6).
Kliwon dan temannya memotong bagian kayu yang masih layak dengan membawa mesin pemotong dan golok. Gelondongan kayu tampak berserakan, ada yang masih terendam air dan berada di sisi tepi sungai Badeng.
Tidak hanya Kliwon, beberapa warga lain juga tampak sibuk berburu dengan membawa mesin pemotong. Bagi Kliwon, banjir bandang membawa bencana sekaligus pengganti penghasilan di sisi lain. Lahan pertaniannya yang ditanami bawang putih ludes tersapu banjir bandang.
"Nandur bawang putih baru seminggu, tas ngencepne amblas. (baru nanam bawang putih sudah hilang), kalau kerugiane sih nggak banyak, paling Rp 500 ribu. Paling tidak kayu iki bisa jadi gantinya," katanya.
Pohon yang terseret banjir berukuran variatif dari yang kecil dengan panjang pohon utuh dan potongan batang pohon besar, sekitar diameter 0,5-1 meter. "Kalau yang kecil-kecil sudah hanyut ke laut paling," ujarnya.
BPBD Banyuwangi mencatat, Sungai Badeng melewati empat kecamatan di Banyuwangi, mulai Songgon, Singojuruh, Rogojampi dan Blimbingsari. Banjir telah merusak fasilitas wisata, pertanian, hingga pemukiman warga. Sebanyak 23 rumah mengalami rusak berat dari total 415 rumah yang terdampak banjir di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh.
Banjir Bandang yang merusak kawasan pemukiman terjadi akibat tersumbatnya saluran sungai di jembatan, sehingga material lumpur dan pasir meluap. Saluran sungai di jembatan tersumbat karena terjadi penumpukan kayu hutan.
Kliwon sadar bahwa kayu yang ditanam Perhutani seperti pinus, mahoni dan lainnya, dilarang untuk dibawa. Dia hanya membawa kayu yang terlihat dari jenisnya sudah tidak bertuan. Jenis kayu, kata Kliwon, sudah bisa terlihat dari kulit pohon bagian dalam dan bentuk pohon.
"Nggak sembarangan ambil, apalagi iki kawasan terbuka. Takut pindah nang omah seng pagere wesi penjara," katanya.
Bagus untuk bahan bangunan
Sementara Kepala Dinas PU Cipta Karya dan Penataan Ruang, Banyuwangi, Mujiono mengatakan, material pasir vulkanik sangat baik untuk bahan campuran pembuatan beton. "Sangat bagus sekali kualitasnya untuk bahan bangunan, sangat kuat dan nilai jualnya lebih mahal," terangnya.
Pasir vulkanik memiliki bentuk yang lebih runcing dibandingkan pasir biasa. Bentuknya yang runcing membuat otot yang kuat untuk mengikat campuran dengan bahan bangunan lain.
"Tapi bukan lumpurnya ini, (abu vulkanik) yang bisa dibuat bangunan, tapi pasirnya," jelasnya.
Luapan lumpur bercampur pasir yang menebal di jalan raya dan menimbun rumah, dikeruk dengan alat berat eskavator kemudian dibawa menggunakan truk. Material lumpur tersebut dimanfaatkan untuk menimbun samping jalan di kawasan Singojuruh.
"Jalan yang dikeruk dari endapan sepanjang kurang lebih 2 kilo, melebar ke sisi samping kanan dan kiri jalan 500 meter, dengan ketebalan lumpur rata-rata 1 meter. Itu kami manfaatkan untuk menutup sisi jalan," katanya.