1. BANYUWANGI
  2. KOMUNITAS

Memperingati Hari Kopi Internasional di ruang edukasi Banyuwangi

"Di Indonesia, masih 700 kilo per hektare dengan luas areal 1,3 juta hektare," kata Iwan.

Peringatan Hari Kopi Intenasional. ©2016 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Minggu, 02 Oktober 2016 05:40

Merdeka.com, Banyuwangi - Memperingati Hari Kopi Internasional yang jatuh pada 1 Oktober, Komunitas Banyuwangi Coffee Communty (BCC) menggelar diskusi umum sekaligus edukasi langsung tentang cara-cara menyeduh sampai menikmati kopi yang benar.

Peserta yang datang ke acara bisa mendapatkan materi tentang kopi di Banyuwangi. Tentang kualitas kopi nusantara bila dibandingkan negara lain.

Melalui peringatan hari kopi sedunia, para pencinta kopi bisa menemukan ruang silaturahmi sekaligus saling belajar bersama.

Acara yang dimulai pukul 10.00 WIB sampai 17.00 WIB di Gedung Pamer Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pertambangan (Disperindagtam) Banyuwangi ini, dihadiri oleh para barista (peracik kopi) cafe-cafe di Banyuwangi dan pencinta kopi pada umumnya.

Iwan Subekti, pemerhati kopi sejak 1987, dan sudah tergabung dalam organisasi Asosiasi Scientific International de Coffee (Perancis) dan Special Coffe Asociasion of Amerika ini, menjadi salah satu teman diskusi mengenal kopi nusantara. Khususnya kopi Banyuwangi.

Iwan menjelaskan, Brazil punya 600-an ribu hektare kebun kopi dengan hasil 6-7 ton per hektare. Sedangkan di Vietnam memiliki 460 ribu hektare kebun kopi dengan 1,6 sampai 2 ton per hektare.

"Di Indonesia, masih 700 kilo per hektare dengan luas areal 1,3 juta hektare. Secara kuantitas memang kalah, tapi kualitasnya sudah dikenal dunia. Karena kita punya kopi menyebar di nusantara. Dan setiap daerah punya cita rasa kopi berbeda," ujarnya.

Dia melanjutkan, di Banyuwangi memang dikenal sebagai kota penghasil kopi robusta. Tapi, kata Iwan, perlu diketahui masyarakat bahwa Banyuwangi juga memiliki kopi arabica yang di tanam di Kaliklatak, Bayu Lor Songgon dan Kalibendo. Saat ini, Iwan juga menyiapkan 100 hektare arabica di Wongsorejo dengan ketinggian hanya 400 Mdpl.

"Secara general, Indonesia penghasil robusta terbesar. Padahal konsumsi dunia 90 persen itu Arabica. Dan sampai sekarang, imagenya, arabica tumbuh diatas 1000 Mdpl. Padahal, bisa tumbuh di 400 Mdpl. Di Banyuwangi bukan hanya kopi robusta, tapi juga memiliki kopi arabica," paparnya.

Sementara itu, salah satu panitia penyelenggara acara, Dona, menjelaskan di Banyuwangi memiliki 10.833 hektare dengan pembagian 5388 hektare perkebunan rakyat dan 5445 hektare luas perkebunan industri.

"Jadi presentasenya seimbang. Sama-sama 50 persen. Total produksinya mencapai 70 ribu ton per tahun," ujar pria yang juga anggota BCC ini.

Dona melanjutkan, Hari Kopi Internasional ini, sudah kali kedua diperingati di Banyuwangi. Sesuai hasil kesepakatan 77 asosiasi kopi dunia yang menentukan 1 Oktober sebagai hari kopi internasional dalam acara expo di Milan Italy pada 2015.

"Tujuannya, bagaimana mengapresiasi perkebunan kopi. Dan menciptakan perdagangan yang terbuka. Hari ini di Semarang, Jakarta, Bandung, Bogor, Jogja, juga merayakan peringatan hari kopi dunia," tuturnya.

Harapan Dona, dalam peringatan hari kopi internasional ini bisa menjadi ruang edukasi bagi para pencinta kopi dan masyarakat Banyuwangi.

"Bagaimana menikmati kopi yang benar, sharing informasi. Dan tentunya jadi ruang silaturahmi pencinta kopi," ujarnya.

(MT/MUA)
  1. Komunitas
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA