Timun krai sangat cocok ditanam di daerah pinggir pantai
Merdeka.com, Banyuwangi - Salah satu menu takjil favorit berbuka puasa di Banyuwangi, Jawa Timur, adalah es buah timun krai. Buah dari rumpun mentimun ini dagingnya tebal, manis dan aromnya khas.
Karena itu, timun krai selalu menjadi suguhan favorit warga Banyuwangi di tiap Ramadan. Meski bisa disajikan bermacam menu, timun krai kerap dijadikan campuran minuman dingin yang manis. Bisa pula di-mix dengan bahan lain seperti buah jeruk dan lain sebagainya.
Meski jadi buruan masyarakat, petani di Banyuwangi tidak menanam buah ini sepanjang tahun. Hanya jelang Ramadan saja. Ini bertujuan untuk menjaga kekhasan timun krai yang hanya tumbuh di Tanah Blambangan.
Salah satu petani timun krai adalah Tohairi. Petani 71 tahun warga Dusun Cungkingan, Desa Badean, Kecamatan Kabat ini mengaku sengaja menanam timun krai sejak dua bulan sebelum Ramadan tiba. "Awal bulan Rajab sudah mulai tanam. Tepat 60 hari, awal Ramadan saya sudah bisa panen," terang Tohairi, Rabu (23/6).
Menurut Tohairi, buah timun krai merupakan jenis tanaman yang mudah perawatannya. Tak terlalu banyak treatment dilakukan. Selain itu, juga tidak butuh banyak air. "Malah kalau hujan bisa tidak panen," cetusnya.
Karena kondisi inilah timun krai sangat cocok ditanam di daerah pinggir pantai, seperti di Desa Badean ketimbang di daerah tinggi seperti di daerah Songgon. Untuk menanam buah ini, tanah seluas 1 hektar hanya butuh satu cangkir bibit. "Per cangkir bibitnya, harganya cuma Rp 50 ribu," ungkap Tohairi.
Di tanah seluas itu, saat musim panen tiba para petani bisa memanen hingga 20 hari ke depan. Sekali petik bisa memanen antara 500 sampai 600 buah ukuran sedang. “Kalau puasanya selesai, panennya ya selesai,” ujarnya.
Oleh para petani, timun krai biasa dibandrol Rp 12.500 per paket. Satu paket berisi lima sampai delapan buah, terdiri dari ukuran besar, sedang dan kecil.
Saat panen tiba, timun krai selalu jadi buruan para pedagang buah di pasar. Kata Tohairi, para pedagang buah untuk mendapat timun krai lebih banyak kadang berebut di sawah para petani. Kemudian menjualnya di pasar-pasar.
Seperti pengakuan Wati (65), pedagang buah musiman di Desa Pakistaji ini misalnya. Dia mengaku menjual buah timuan krai antara harga Rp 5 ribu sampai 7.500 per buah. "Lumayan bisa menambah penghasilan suami yang juga petani. Saya jualannya kalau pas puasa saja," kata Wati.