Bahan es cincau berasal dari daun cincau tanpa bahan pengawet.
Merdeka.com, Banyuwangi - “Legit dan Berserat: Kenikmatan Setiap Tegukan” salah satu tagline kedai Es Cincau milik Ayu di jalan raya Hasanudin, Genteng. Memang benar, Es Cincau buatan Ayu ini memang segar saat diminum. Apalagi, khasiat cincau yang dapat mengobati sakit lambung ini diolah dari kebun sendiri.
“Saya punya pohon cincau sendiri. Jadi daunnya tidak beli,” ujar Ayu kepada Merdeka Banyuwang, Senin (11/4).
Cincau tradisional milik Ayu memiliki warna hijau, seperti daun aslinya. Dibuat dengan proses mengambil sari daun cincau, lantas direbus. Dari situ, cairan sari daun cincau akan membeku seperti agar-agar. “Tapi kalau satu hari satu malam enggak dikonsumsi sudah balik jadi air,” jelas Ayu.
Di Banyuwangi, Es Cincau seperti miliknya masih jarang ditemukan. Kalaupun ada, yakni cincau berwarna hitam dan dicampur beragam sajian buah. Sedangkan es cincau miliknya disajikan dalam gelas besar, murni berisi cincau berwarna hijau, larutan gula merah, santan kental dan potongan es batu.
Soal rasa, tiap tegukan cincau akan menghadirkan rasa dingin dan lembut di tenggorokan. Rasa manis gula merah ditambah santan kental, membuat dahaga para pelanggan jadi tuntas. Apalagi, cincau ini memiliki khasiat sebagai obat memperlancar pencernaan, bahkan menjadi obat alternatif sakit lambung atau maag.
“Aku sendiri pernah membuktikan. Pas sakit maag, tivus, rutin konsumsi ini bisa sembuh,” tutur Ayu.
Ayu hanya membanderol harga Rp 2.500 per gelas es cincaunya. Dengan harga tersebut, Anda sudah bisa menikmati es cincau untuk menyembuhkan dahaga sekaligus mencukupi asupan serat untuk pencernaan.
Ayu membuka kedai es cincaunya mulai pukul 10.00-15.30 WIB. Kuliner yang satu ini memang sangat pas dikonsumsi di siang atau sore hari.