1. BANYUWANGI
  2. LAPAK

Bule Jerman ajarkan warga desa di kaki Raung bikin dried fruit

"Makanan ini ‎di negara saya (Jerman) sangat disukai dan harganya mahal," kata Purucker.

Bule Jerman ajarkan dried fruit di Banyuwangi. ©2016 Merdeka.com Reporter : Mochammad Andriansyah | Kamis, 19 Mei 2016 11:56

Merdeka.com, Banyuwangi - Banyuwangi, Jawa Timur, memang memiliki daya tarik luar biasa. Tak hanya sektor wisata dan budaya, seluruh potensi alam di kabupaten berjuluk the Sunrise of Java ini ‎mengundang keingintahuan banyak kalangan.

Bahkan, Banyuwangi mimikat banyak orang untuk membangun bisnis di Tanah Blambangan dengan memanfaatkan kekayaan alamnya. Termasuk turis muda asal Jerman, Franz Purucker.

Bule berusia 19 tahun ini saat kali pertama menginjakkan kaki di Tanah Blambangan, mengaku 'jatuh cinta' pada kabupaten di ujung timur Pulau Jawa ini.

Purucker bercerita, usai lulus SMA Tahun 2015 lalu, dia datang ke Indonesia. Kemudian dia mendarat di Kota Malang dan bertemu Anang Setiawan (30), warga Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, Banyuwangi, yang kebetulan juga ada di kota apel tersebut.

Oleh Anang, si bule berusia belia inipun diajak berkeliling ke Tanah Blambangan. Saat berada di Desa Jambewangi, Purucker mengajarkan pemuda-pemuda desa membuat makanan olahan dari buah-buahan yang tumbuh di sekitarnya.

Desa Jambewangi yang berada di kaki Gunung Raung, banyak ditumbuhi buah naga, salak dan nangka. Dan Purucker pun berpikir, kenapa warga desa tidak memanfaatkan buah-buahan ini menjadi makanan kering (dried fruit)?

"Makanan ini ‎di negara saya (Jerman) sangat disukai dan harganya mahal. Bule-bule di luar Indonesia sangat suka dengan buah kering, terutama buah naga. Kalau salak sama nangka saya tidak tahu, karena di negara saya tidak ada," kata Purucker yang sudah pandai berbahasa Indonesia, Rabu kemarin (18/5).

‎Sebelum mengolah buah-buahan di kaki Gunung Raung menjadi dried fruit yang siap dilempar ke pasar, lebih dulu Purucker mengajarkan cara membuat pemanas (oven), sesuai kebutuhan.

Oven buatan itu cukup sederhana. Bahannya, berupa triplek (lembaran kayu tipis) sebagai penutup, kayu untuk penyangga, kaca tembus pandang, kawat pengalir panas, ‎kaleng roti untuk tungku dan LPG.

Setelah oven siap pakai, Purucker mengajarkan warga desa memotong-motong buah naga menjadi tipis-tipis. Lalu memasukkannya dalam mesin pemanas dari kayu tersebut.

Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan buah naga, antara 7 sampai 8 jam. Sedangkan nangka dan salak, 9 sampai 10 jam. ‎"Di sini (Banyuwangi) buahnya berkualitas bagus. Saya hanya membantu warga desa mengolah menjadi buah kering. Saya tidak ada bayaran (tidak minta imbalan uang)," ucap Purucker.

Purucker mengaku, dried fruit ciptaannya ini masih dipasarkan di Bali dan Malang. Di dua daerah tersebut produk buah kering ala Purucker ini laris manis. ‎"Terutama nangka, di Bali sangat suka. Kami kehabisan stock. Makanan olahan sangat diminati, tapi harus organik," kata Purucker.

Saat ini, karena tenaga pekerja yang masih terbatas, Purucker dan warga Desa Jambewangi hanya mampu memproduksi dried fruit antara 20 sampai 25 kilogram per harinya.

Harga jualnyapun cukup lumayan. Perpaket, dried fruit ini bandrol Rp 30 ribu di pasar lokal. Sedangkan di Bali dan Malang, dilep‎as Rp 35 ribu.

Bikin video untuk promosikan Banyuwangi ‎ke luar negeri

Selain mengajari bikin dried fruit, ‎Franz Purucker juga akan mempromosikan Banyuwangi ke negara asalnya dan beberapa negara lain.

‎Saat ini, Purucker dan timnya telah menyiapkan sebuah video khusus tentang potensi Desa Jambewangi. Video berbahas Inggris dan Jerman ini akan dibawa keliling luar negeri saat dia meninggalkan Indonesia.

"Saya akan tunjukkan video ini ke negara saya, ke USA (Amerika Serikat) dan negara-negara lainnya. Kalau ada yang suka dengan ide ini, silakan donasi. Mereka yang kasih uang (donasi) akan kita kasih produk. Sekarang sudah ada donasi dari teman-teman saya, Rp 65 juta," ujar Purucker, Rabu kemarin (18/5).

Purucker menyebut video ini dibuat timnya dan Anang serta ‎Agus Riyanto (32), yang merupakan kakak kandung Anang. "Videonya dibuat teman saya dari Malang. Namanya Tovan Angga," kata Purucker yang berniat melanjutkan studinya di St Gallen University of Management, Swiss tersebut.

Berikut video Jambewangi yang sudah diunggah Purucker melalui Anang Setiwan di youtube:

(MT/MA)
  1. profil
  2. Lapak
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA