"Ikan sidat ini digemari orang-orang luar negeri karena kandungaan vitamin A sangat tinggi," ujar Daniel.
Merdeka.com, Banyuwangi - Ikan sidat sangat digemari banyak orang. Termasuk orang-orang dari Benua Asia, Eropa dan Amerika hingga Australia. Sebab ikan mirip ular yang masuk ordo Anguilliformes memiliki kandungan vitamin A cukup tinggi.
Sayangnya jumlah peternak ikan sidat masih sangat sedikit. Padahal komoditasnya menjadi buruan pasar luar negeri. Kesempatan inilah yang kemudian dibaca Daniel Amrulloh (53) warga Dsn Paiton, Desa Parijata Kulon, Kecamatan Srono, Banyuwangi, Jawa Timur sebagai peluang bisnis menjanjikan.
Pria kelahiran 5 Oktober 1963 ini pun mengalih fungsikan kolam ikan koi, lele, patin dan beberapa jenis lain miliknya menjadi kolam ikan sidat. Ikan mirip belut ini sendiri memiliki 400 spesies, 110 genre, 19 famili dan empat subordo.
sejak 2010 bapak dua anak ini mulai mengisi kolam-kolamnya dengan ikan sidat. Tentu saja Daniel tidak langsung sukses. Selama dua tahun, dia terus beradaptasi dengan peternakan ikan sidat.
Selama itu pula, dia terus menimba ilmu tentang sidat. Semua literatur dari pelbagai sumber dia kumpulkan untuk mempelajari banyak hal tentang ikan yang biasa ditemui di laut dan air tawar tersebut.
Hingga 2012 Daniel sudah mengetahui soal ikan sidat. Suami Eni Wastiah ini pun membangun jaringan dan dia beri nama Singgasana Sidat yang hingga saat ini sudah tersebar di seantero Tanah Air. Kini sudah ada sekitar 200-an member di seluruh Indonesia yang bergabung di Singgasana Sidat, serta mengikuti pelatihan budidaya sidat di rumah Daniel tiap tiga bulan sekali.
"Saya ingin berbagi ilmu dengan bangsa saya sendiri. Tiap pelatihan ada banyak yang ikut. Ada yang dari Palembang, dari Lampung, NTT (Nusa Tenggara Timur), Jawa Barat, Jawa Tengah, serta kota-kota besar lainnya di Jawa," kata Daniel saat ditemui di kediamannya, Selasa kemarin (17/5).
Ini soal jaringan, lantas bagaimana peluang bisnis ikan sidat milik Daniel? Kolam ikan miliki Daniel sudah didatangi orang-orang asing dari delapan negara, seperti Australia, New Zealand, Thiongkok dan lain sebagainya.
"Mereka sering ambil gambar di kolam saya ini. Saya juga sering dapat pesanan dari Jepang, Korea, China dan beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Eropa dan Amerika," katanya.
Daniel yang ternyata anak pertama dari seorang kiai di Tanah Blambangan ini, tiap bulan mampu memanen 1 ton ikan. "0,5 ton dibeli orang-orang lokal, setengah ton-nya lagi pesanan ke luar negeri. Di pasar lokal saja kita sudah kewalahan, apalagi kirim ke luar negeri," ucapnya.
Pada bulan Januari 2017 nanti Daniel bekerjasama dengan pihak Jepang. "Bulan Januari itu orang Jepang minta dikirim 10 ton per bulan. Makanya saya bikin lagi lahan 4.000 meter persegi untuk kolam saya, ini masih saya tata. Kalau kolam di rumah saya hanya kurang lebih 200 meter persegi dan di Muncar 35.000 meter persegi," jelasnya.
Untuk pasar lokal, ukuran sidat yang menjadi favorit adalah big size. Per kilogram harga sidat di pasar lokal biasa mencapai sekitar Rp 600 ribu. Belum untuk pasar luar negeri, tentu lebih mahal.
"Kalau luar negeri suka yang golden size. Ukurannya sekitar 2,5 hingga 3 ons per ekor. Ikan sidat ini digemari orang-orang luar negeri, karena kandungaan vitamin A-nya sangat tinggi dan banyak manfaat lain bagi mereka yang mengonsumsinya," ujar Daniel.