"Sempet kewalahan, misah yang laki dan perempuan. Sejak dua hari lalu juga dibantu Satpol PP perempuan ini," ujar Slamet.
Merdeka.com, Banyuwangi - Sejak Pemerintah Kabupaten Banyuwangi meresmikan Pulau Santen, Kelurahan Karangrejo, menjadi wisata Syariah Beach, sudah ada 2000 pengunjung yang datang pada liburan akhir pekan lalu.
"Minggu kemarin ada 800 karcis habis. Mereka sebagian besar boncengan. Itu belum yang jalan kaki. Jadi ada 2000-an pengunjung," ujar Slamet Efendy (40), pengelola wisata Syariah Beach, Selasa (7/3).
Jumlah kunjungan yang cukup besar dibandingkan sebelumnya ini, membuat Slamet dan masyarakat Pulau Santen sempat kewalahan melayani pengunjung. Terutama untuk memisahkan lokasi khusus perempuan dan laki-laki.
"Sempet kewalahan, misah yang laki dan perempuan. Sejak dua hari lalu juga dibantu Satpol PP perempuan ini," ujar pria yang juga menjadi Ketua RT 02 lingkungan Pulau Santen ini.
Saat pengunjung memasuki kawasan Syariah Beach, terlebih dahulu akan menikmati sensasi jalan kaki menyeberang jembatan menuju Pulau Santen. Baru kemudian akan melihat batas pemisah antara pantai khusus perempuan dan Laki-laki.
Setiap pengunjung yang datang ke Pulau Santen diwajibkan membawa kantong plastik untuk menampung sampahnya sendiri, baru kemudian dibuang di tong sampah.
Selain itu, setiap pengujung juga diharuskan mengenakan pakaian yang sopan dan setiap masuk waktu solat, semua aktivitas hiburan di pantai harus jeda.
"Syariah ini cuma segmentasi saja, semua agama boleh masuk di tempat ini. Begitu masuk yang kanan khusus perempuan, yang kiri untuk Laki-laki," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas beberapa waktu lalu.
Pengunjung yang datang ke Syariah Beach sementara ini bisa menikmati duduk santai di bawah payung sambil menikmati laut dengan latar Pulau Bali.
Ke depan, Bupati Anas akan mengembangkan fasilitas wisata mulai dengan perbaikan jembatan hingga menyediakan permainan untuk Anak-anak.
"Ini memang sengaja dipercepat untuk menumbuhkan budayanya terlebih dahulu. Baru kemudian bangunan fisiknya. Nanti kalau tidak ada CSR-ya menggunakan APBD," ujarnya.
Nurul (24), salah satu pengunjung perempuan mengatakan, dibandingkan sebelumnya Pulau Santen jauh lebih bersih. Sementara dia sendiri bersama teman-temannya juga penasaran untuk menikmati sensasi berwisata pantai khusus perempuan.
"Kalau dibandingkan sebelumnya ya jauh. Dulu ini kan kumuh, banyak sampah. Sekarang ke sini penasaran ingin menikmati wisata yang menyediakan khusus perempuan," ujar Nurul.
Nelayan bisa melaut di zona khusus perempuan
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi tetap mempersilakan para nelayan pria di Pulau Santen tetap mencari ikan meski berada di wilayah pantai khusus perempuan.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar usai meresmikan Pulau Santen menjadi Bech Syariah pada 2 Maret lalu, menyampaikan hak mencari ikan para nelayan harus dipertahankan. Sebab merupakan senyawa penting untuk daya tarik wisata pantai.
"Nelayan tidak boleh pergi, mereka harus tetap di sana. Kalau perlu kapal-kapalnya tidak boleh pergi. Ke depan, mereka sambil nyari ikan, istrinya bisa jualan," kata Anas.
Sementara itu, Slamet Efendy (40) salah satu nelayan di Pulau Santen sudah membuat kesepakatan bersama para nelayan tidak memarkir perahu di pantai khusus perempuan. Namun tetap bisa mencari ikan seperti menjala dan memancing menggunakan perahu di kawasan pantai khusus perempuan.
"Kami sudah sepakat yang penting tidak parkir perahunya di sini. Tapi Kalau kerja nyari ikannya, enggak apa-apa. Karena kalau musim cumi sama teri, banyaknya di daerah sini," ujar Slamet.
Pria yang juga menjadi ketua RT 02 Lingkungan Pulau Santen ini melanjutkan, saat ini ada 77 kepala keluarga yang menjadi nelayan. Sementara yang memiliki perahu berjumlah 26 orang.
"Semua warga saya nelayan. Dan khasnya jaring tarik yang harus ditarik dari tepi pantai, sebagian ada yang mencari ikan menggunakan perahu," katanya.
Slamet sendiri mengaku senang usai ditetapkan menjadi wisata yang didukung Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Selain menjadi lebih bersih, saat ini sudah ada 30 lebih pemuda di lingkungannya yang terserap menjadi pekerja untuk mengelola Syariah Beach.
"Ada 30 anak muda yang terserap bekerja di sini. Ada yang menjadi tukang bersih pantai, jaga penyewaan payung, jaga parkir dan keamanan," ujarnya.
Namun kata Slamet, jumlah tersebut masih bisa terus bertambah, hingga semua masyarakat bisa merata mendapatkan manfaat dari wisata Syariah Beach.
"Karena kami takut buat warga yang belum dapat. Takutnya iri, takutnya ada yang enggak dapat bagian. Intinya kami senang, dan selama jangan sampai nelayan dilarang mencari ikan di sana," ujarnya.