Pertemuan tahunan International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB) di Bali, Oktober mendatang merupakan acara besar nasional di tahun 2018.
Merdeka.com, Banyuwangi - Selain Asian Games Jakarta-Palembang yang dibuka nanti malam, Sabtu (18/8), pertemuan tahunan International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB) di Bali, Oktober mendatang merupakan acara besar nasional di tahun 2018. Sebanyak 18 ribu orang dari kalangan menteri keuangan, gubernur bank sentra dan insan perbankan lainnya dari 189 negara, akan tinggal seminggu lebih di Indonesia.
Di samping melakukan lebih dari 3 ribu pertemuan yang terpusat di Nusa Dua Bali, mereka juga diarahkan berwisata ke berbagai daerah di Indonesia. Telah ditunjuk 7 daerah yang menjadi tujuan wisata mereka yakni Labuan Bajo di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Pulau Lombok di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Tana Toraja di Provinsi Sulawesi Selatan, Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara, Yogyakarta, Bali dan tetangganya, Banyuwangi di Provinsi Jawa Timur.
Di daerah yang disebutkan terakhir tengah disiapkan akses menuju 2 tempat wisata unggulan yaitu Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen yang memiliki fenomena api biru alami dan Taman Nasional (TN) Alas Purwo dimana wisatawan bisa melihat kehidupan binatang liar dan mengunjungi Pantai Plengkung atau G Land yang menjadi surga peselancar dunia.
Keduanya juga telah ditetapkan sebagai Cagar Biosfer Blambangan dalam sidang International Coordinating Council (ICC) Program MAB (Man and The Biosphere) UNESCO ke 28 di Kota Lima, Peru, tahun 2016.
Bandara Banyuwangi juga dipercaya menjadi penyangga kedua bagi Bandara Internasional Ngurah Rai menjadi tempat parkir pesawat tamu IMF-WB, di samping Bandara Internasional Lombok yang menjadi penyangga utama. PT Angkasa Pura (AP) II selaku operator Bandara Banyuwangi sedang membangun landasan pacu pesawat dengan panjang 2.500 meter, lebar 45 meter dan kekuatan menahan beban 56 PCN, agar bisa didarati pesawat narrow body.
"Targetnya September selesai semua, dengan itu Bandara Banyuwangi sebagai 2nd supporting airport untuk even IMF di Bali, bisa direalisasikan. Kami juga berharap ini jadi momen Bandara Banyuwangi menjadi bandara internasional," kata Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin di Banyuwangi, Minggu (22/7).
Pihaknya juga memperluas apron atau tempat parkir pesawat menjadi 34 ribu meter persegi yang mampu menampung 9 unit pesawat narrow body dan 2 unit pesawat small body yang dicarter para tamu IMF-WB. Dengan parkirnya 11 pesawat itu di wilayahnya, Pemkab Banyuwangi menargetkan kedatangan 2 ribu orang tamu IMF-WB yang juga akan berwisata ke TWA Puncak Ijen dan TN Alas Purwo.
Pesona Hutan dan Lautan
TN Alas Purwo merupakan hutan lindung seluas 43.420 hektare yang berada di sudut tenggara Pulau Jawa, yang sepenuhnya berada di wilayah administrasi Kabupaten Banyuwangi. Pernah berstatus suaka marga satwa di zaman penjajahan Belanda, kini TN yang berbatasan dengan Selat Bali di timur dan Samudra Hindia di selatan itu menerima kunjungan ribuan wisatawan setiap bulan.
Letak geografis yang sedemikian membuat TN Alas Purwo menjadi surga bagi flora dan fauna darat maupaun laut. Zona inti 17.200 hektare dan zona rimbaanya yang seluas 24.767 hektare menjadi tempat berlindung lebih dari 700 jenis tumbuhan, dimana sawo kecik sebagai tumbuhan endemik, 50 jenis mamalia, 302 jenis burung, 15 jenis amfibi, dan 40 jenis reptil.
Kepala Seksi (Kasi) Pengelolaan Wilayah 1 TN Alas Purwo, Probo Wresniaji, mengatakan di Sabana Sadengan wisatawan bisa melihat hewan-hewan liar seperti banteng, rusa, kijang, kancil, ajax, merak hijau, dan ayam hutan. Banteng bisa dilihat hampir setiap hari, namun beberapa jenis hewan lain hanya muncul saat-saat tertentu, ketika musim kemarau atau musim kawin hewan liar.
"Satwa liar di sini banyak, Macan Tutul juga masih bayak, tapi tidak gampang (menemukan) di sini. Harus menunggu, kalau berani," kata Probo, Sabtu (18/8).
Dia menyarankan agar wisatawan membawa teropong sendiri untuk melihat berbagai hewan liar, misalnya merak hijau jantan yang membuka ekor indahnya dan beratraksi untuk menarik perhatian sang betina saat musim kawin. Selain melihat ragam hewan liar, Sabana Sadengan sangat cocok menjadi tempat makan perbekalan bersama keluarga dan berfoto dengan latar lahan hijau yang luas.
Probo juga menjelaskan berdasarkan Praturan Pemerintah (PP) Nomor 12 Tahun 2014, untuk wisatawan nusantara (wisnus) tiket masuk dikenakan sebesar maksimal Rp 20 ribu per orang per hari, sudah termasuk tiket parkir. Sedangkan untuk wisatawan mancanegara (wisman) tiket masuk dikenakan Rp 150 ribu hingga Rp 225 ribu per orang per hari.
"Di TN Alas Purwo wisatawan bisa melihat wild life di Sabana Sadengan, upaya konservasi penyu di Pantai Ngagelan, panorama beberapa goa dan pantai lainnya, serta G Land yang jadi salah satu pantai dengan ombak terbaik di Dunia," kata Probo lagi.
Beberapa pantai yang kerap didatangi wisatawan adalah Pantai Pancur dimana ada air terjun kecil dari sungai air tawar, langsung ke pasir pantai, dan Pantai Trianggulasi yang memiliki pasir putih yang sangat
bagus dinikmati saat air surut.
Ada juga Pantai Ngagelan yang menghadap Samudra Hindia dan menjadi tempat bertelur 4 jenis penyu yakni, lekang, sisik, belimbing dan hijau. Tamu IMF-WB bisa melihat anak penyu atau tukik di penangkaran, melepasliarkannya ke pantai, atau mengikuti petugas konservasi memantau penyu bertelur malam hari, dan menyelamatkan telur-telurnya untuk ditetaskan di penangkaran.
Karena ancaman sampah plastik di laut, perburuan oleh manusia dan predator lain, hanya 1 dari 1.000 tukik yang akan tumbuh menjadi penyu dewasa dan kembali ke pantai tempatnya menetas untuk bertelur juga.
Diharapkan narasi dari fakta itu menumbuhkan semangat konservasi dan kesan yang mendalam bagi ekonom 10 negara peserta IMF-WB Annual Meeting yang mampir ke Banyuwangi itu.
Di G Land atau Pantai Plengkung sendiri telah tersedia beberapa resort yang langsung menghadap ke pantai. Tidak hanya tempat impian para surfer Dunia, lingkungan pantai yang tenang, asri, dan jauh dari
keramaian dinilai mampu memberikan liburan yang berkualitas bagi tamu IMF-WB, bahkan bagi yang tidak suka surfing.
"Saya setiap tahun ke sini untuk berselancar, kadang sendiri, kadang bersama anak perempuan saya. Tempat ini salah satu yang spesial di Bumi, ada pantai yang bagus dan ada hutan yang menjadi taman
nasional," kata Miles Ratma, wisatawan asal New Zeland, akhir Juli lalu.
Target Ekonomi Bidang Pariwisata
Tidak hanya mengandalkan potensi alam yang ada, Pemerintah juga berusaha memperbaiki infrasturktur jalan dan berbagai fasilitas destinasi wisata TWA Kawah Ijen dan TN Alas Purwo. Dana Rp 40 miliar
telah diturunkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang dibagi sama besar untuk membangun jalan ke 2 destinasi wisata tersebut.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang (PUBMCKTR) Banyuwangi, Mujiono, menjelaskan sekarang jalan menuju pos Paltuding Ijen sepanjang 30 kilometer, lebarnya berbeda-beda antara 4 meter, 6 meter, hingga 8 meter. Pihaknya tengah melakukan pelebaran jalan dari yang 4 meter menjadi 6 meter, sepanjang 4 kilometer.
"Sehingga saat ini ada 2 anggaran untuk jalan ke Ijen, yang dari Paltuding ke arah Jambu dengan anggaran Rp 5 miliar itu dikerjakan oleh Pemerintah Provinsi Jatim. Dari Jambu ke bawah, ke kota, itu
overlay (penambahan lapisan aspal) menggunakan yang anggaran dari Kementerian," kata Mujiono.
Begitu juga di TN Alas Purwo, dimana pihak Balai pengelola TN mengalokasikan anggaran sebesar Rp 20 miliar untuk membangun jalan dari Pos Pancur ke Pantai Trianggulasi sepanjang 3 kilometer. Total panjang jalan TN Alas Purwo yang dibangun sekitar 27 kilometer, termasuk jalan makadam selebar 6 meter ke Pantai Plengkung.
Pembangunan jalan di 2 destinasi wisata unggulan itu tahun 2018 ini, memakan dana total Rp 60 miliar. Uang itu, ungkap Mujiono, sudah termasuk untuk perbaikan jalan di beberapa titik dan perubahan posisi
jembatan yang terlalu menikung, akan dibangun ulang sehingga memberikan jalan lurus bagi kendaraan tamu IMF-WB. Ditargetkan semuanya selesai akhir September.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi Muhammad Yanuar Bramuda mengatakan tamu IMF-WB akan menginap 2 malam di Banyuwangi. Nilai belanja mereka diperkirakan Rp 2,8 juta per hari
sehingga akan ada pergerakan uang sebesar Rp 1,12 miliar dari mereka selama di Bumi Blambangan yang masuk ke perhotelan, transportasi, kuliner hingga oleh-oleh.
"10 negara akan landing di sini. Akan kita tawarkan juga berwisata ke Perkebunan Kaliklatak dan wisata budaya sebagai tambahannya," kata Bram.
Perkebunan Kopi Kaliklatak di Kelurahan Gombengsari, Kecamatan Kalipuro merupakan destinasi agrowisata eksklusif dimana tidak semua orang bisa masuk. Wisatawan yang banyak berlibur kesana biasanya asal
Belanda yang berkeliling dengan mobil terbuka, sambil mengenang masa penjajahan saat perusahaan Belanda yang memiliki kebun itu.
Bram mengakui Kabupaten Banyuwangi mendapatkan dukungan pengembangan pariwisata yang sangat banyak dari pemerintah pusat berupa pembangunan jalan dan bandara. Dengan itu dia optimis target kunjungan 5 juta wisnus dan 100 ribu wisman tahun 2018 akan tercapai, termasuk pendapatan asli daerah (PAD) dari pajak bidang pariwisata yang tahun 2018 ditargetkan sebesar Rp 37 miliar.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan pengelolaan anggaran pemerintah daerah juga akan diperlihatkan pada tamu-tamu IMF-WB. Di lounge pelayanan publik, mall pelayanan publik atau di kantor-kantor desa bisa dilihat berbagai sistem untuk meningkatkan pelayanan masyarakat dan keefektifan pengelolaan anggaran, termasuk dana desa, di Banyuwangi.
Penganggaran desa telah berjalan dengan e-village budgeting dan pengawasan kemajuan pembangunan desa oleh Pemkab Banyuwangi bisa dilakukan dengan menggunakan e-monitoring system. Desa-desa Smart Kampung tidak hanya melakukan berbagai pelayanan dengan sistem online, melainkan juga tingginya anggaran untuk peningkatan sumber daya manusia (SDM), pembangunan perekonomian, penyediaan perpustakaan desa, hingga dekorasi ruang pelayanan yang nyaman.
"Mereka akan menyaksikan bagaimana desa-desa di Banyuwangi, di pelosok-pelosok memanfaatkan teknologi koneksi fiber optik untuk memberikan pelayan kepada masyarakat. Dan yang paling penting bagaimana desa-desa ini berkembang dengan pengelolaan anggaran yang efektif," kata Anas.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan yang akhir Juli lalu datang ke TN Alas Purwo mengatakan hutan lindung itu layak menjadi tempat wisata kelas Dunia. Dia menargetkan setidaknya 2 atau 3 persen wisman yang datang ke Bali, juga berwisata ke Alas Purwo.
Mengenai besarnya investasi yang dikucurkan ke TWA Kawah Ijen dan TN Alas Purwo, Luhut menjelaskan untuk mendatangkan wisatawan kelas atas harus menggunakan modal yang besar. Dia mengumpamakan untuk memancing ikan besar, harus memasang umpan yang besar pula.
"Kita siapkan resort dengan beberapa kamar saja yang istimewa untuk turis high class. Di sini kita punya pantai yang bagus untuk surfing, jungle dengan hewan banteng, dan kearifan lokal Banyuwangi, mau apa, kita ada semua," katanya.
Luhut mengatakan kesan yang baik bagi para tamu IMF-WB akan menjadi kepercayaan dan promosi bagi Indonesia. Dia juga berharap pembangunan akses ke 2 destinasi unggulan Banyuwangi itu terus meningkatkan kunjungan wisatawan setelah acara IMF-WB di Bali usai.