Banyaknya sampah sterefoam di pesisir Pantai Kedung Deres dimanfaatkan nelayan sebagai bahan baku tambahan pembuatan perahu bambu.
Merdeka.com, Banyuwangi - Ada yang unik di Banyuwangi, barangkali juga satu-satunya. Bila umumnya sebuah perahu jukung terbuat dari bahan kayu atau fiber para nelayan di Pantai Kedung Deres, Desa Pondok Nongko, Kecamatan Kabat, punya ide lain. Nelayan di sana membuat perahu jukung dari bahan bambu yang dibilah-bilah.
Bila dilihat kasat mata, perahu bilahan bambu tersebut tidak mungkin bisa mengambang. Setiap bilahan bambu yang didesain persis perahu jukung, terdapat celah masuknya air. Agar bisa mengambang nelayan memberi tumpukan sterefoam pada bagian dalam perahu.
“Perahu bambu asal mula karena keterbatasan ekonomi nelayan. Awalnya pohon pisang sekitar 20 tahunan yang lalu. Karena berat dayungnya, akhirnya pakai ban dalam mobil, atasnya pakai bambu. Dikembangkan lagi bambu dirakit tengahnya pakai sterefoam,” ujar Abdulrosyid, salah satu nelayan Pantai Kedung Deres, kepada Merdeka Banyuwangi (5/6).
Pantai Kedung Deres, termasuk pesisir Selat Bali. Satu garis pesisir dengan Pantai Boom dan Cemara. Perjalanan dengan kendaraan bermotor, dari Kota Banyuwangi ke Pantai Kedung Deres hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Sampai di sana, Anda akan melihat puluhan perahu dari bahan bambu.
Ide menggunakan pelampung sterefoam bermula saat nelayan melihat banyaknya sampah sterefoam di pesisir Panti Kedung Deres. Setelah nelayan menggunakan perahu dari bahan bambu, akhirnya sterefoam yang tercecer di pesisir pantai bisa berguna. Sampah yang sulit terurai dan tidak busuk tersebut, akhirnya menjadi semakin berkurang.
“Sekalian bersihkan juga, soalnya di sini dulu sampah sterefoam-nya banyak. Kalau rakitan bambunya harus diganti kalau sudah berumur dua tahun. Menurut saya dan teman-teman, ini perahu yang paling aman, bocor semua tapi gak tenggelam,” jelasnya.
Rosyid mengatakan, nelayan telah menggunakan perahu bambu sejak 10 tahun yang lalu untuk membelah derasnya arus Selat Bali. Dia bersama teman-temannya menjamin penggunaan perahu bambu. Meski didesain bocor, perahu bambu akan tetap mengambang berkat sterefoam.
Sejak tahun 2014, Rosyid bersama 30-an lebih nelayan Desa Pondok Nongko bersepakat membuat kelompok konservasi Pantai Kedung Deres. Untuk menjaga dan melindungi dari aktivitas perusakan lingkungan, serta pencurian aneka satwa di sana.
Kelompok tersebut diberi nama Deling Seganten. Diambil dari bahasa sansekerta yang memiliki arti Bambu dan Laut. Sesuai dengan senjata atau perahu yang mereka gunakan.
Bila Anda ingin berkunjung ke Pantai Kedung Deres, bisa diakses menggunakan sepeda motor. Sangat cocok dikunjungi saat sore hari, melihat beragam satwa yang dilindung di pantai Kedung Deres dengan latar belakang perairan selat Bali, dan tentunya puluhan perahu bambu yang unik.