1. BANYUWANGI
  2. PROFIL

Ini legenda pemain angklung dari Temenggungan

"Saya mainnya di belakang Pendopo Kabupaten Banyuwangi. Waktu itu, gak ada yang berani mendirikan grup musik, dilarang," kata Kusbandi.

Foto Kusbandi. ©2016 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Selasa, 22 Maret 2016 12:48

Merdeka.com, Banyuwangi - Kusbandi, sampai saat ini terus menekuni bermain musik tradisional angklung. Di sela aktivitasnya menerima pesanan batik bersama istrinya, pria kelahiran 1953 ini merupakan legenda pamain angklung di Temenggungan.

Pada 1972, dia mendirikan grup seni Banyuwangi Putra, untuk mewadahi aktivitas kesenian di Temenggungan setelah vakum pasca-peristiwa tahun 1965.

Mulanya, Kusbandi tinggal di Kepatihan, bersama kakaknya Slamet Abdul Rajat yang merupakan pencipta tari tradisional Using. Akibat semua akses pekerjaan dipersulit, dia bersama kakaknya membuat usaha percetakan.

Padahal, keduanya tidak pernah berurusan dengan politik, hanya murni bermain seni. Meski Slamet sendiri pernah bergabung dengan Sri Muda, kelompok seni di bawah naungan Lekra. Namun itu dilakukan murni untuk wadah kreativitas seni.

Grup seni Banyuwangi Putra yang didirikan Kusbandi, akhirnya bisa bertahan sampai sekarang. Dia menjelaskan, wadah tersebut bukan untuk tujuan komersil, namun hanya untuk senang-senang bermain musik di sela waktu senggang.

"Tujuannya untuk mengembalikan, setelah vakum gak boleh. Dulu kan vakum, dilarang. Hanya senang senang, bermain, bukan untuk komersil," ujarnya kepada Merdeka Banyuwangi, Selasa (22/3), saat ditemui di rumahnya, Temenggungan.

Kusbandi, pertama kali tampil bermain musik di era Orde Baru, saat Banyuwangi dipimpin oleh Bupati Djoko Supaat (1966-1978). Mulanya, grup seni Banyuwangi Putra belum ada. Dia bermain musik angklung di bawah naungan grup seni Sayuwiwit. Menurut dia, grup Sayuwiwit yang pertama setelah peristiwa G 30 S 1965.

"Saya mainnya di belakang Pendopo Kabupaten Banyuwangi. Waktu itu, gak ada yang berani mendirikan grup musik, dilarang. Pertama yang berani itu Sayuwiwit oleh Pak Supranoto. Karena latar belakangnya Militer," ujarnya.

Anggota Banyuwangi Putra, terdiri dari masyarakat Temenggungan sendiri. Mulai dari yang muda sampai tua. "Banyuwangi putra, ada angklung, tari dan patrol. Tahun 1972 sampai 1975, didaftarkan ke Dispar pada 1977," tuturnya.

Banyuwangi Putra, telah berhasil membangkitkan iklim kesenian di Kampung Temenggungan. Mengembalikan kejayaan kesenian di era 1950 sampai 1960-an. Grup Banyuwangi Putra, telah melahirkan sederet musisi atau seniman seperti Catur Arum dan Candra Banyu. Grup tersebut, juga sudah langganan mendapat juara satu musik patrol.

Sampai saat ini, grup Seni Banyuwangi Putra terus melakukan regenerasi seniman-seniman di kampungnya. Ada Banyuwangi Putra Junior dan Banyuwangi Putra Senior. Saat ini, grup Banyuwangi Putra diteruskan oleh Anaknya, Eko Rastiko. Tujuannya tetap sama, agar kesenian tradisional Using bisa terus dikenal secara turun temurun.

Kusbandi, pernah tampil di beberapa daerah, seperti di Hotel Mirana, Surabaya pada 1978 dan di Angkatan Laut Wirokitri, Surabaya pada 1990-an. Bisa dikatakan, Kusbandi merupakan generasi kedua bermain angklung di Temenggungan. "Kalau lokalan sering. Saya generasi kedua, main angklung, generasi pertama tahun 1965," ujarnya.

(MT/MUA)
  1. Info Banyuwangi
  2. Seni dan Budaya
  3. profil
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA