1. BANYUWANGI
  2. PROFIL

Jumali, tukang pijat patah tulang pernah mengobati sampai Swiss

Banyak pasien dari luar kota datang ke rumah Jumali.

©2016 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Sabtu, 19 November 2016 15:17

Merdeka.com, Banyuwangi - Selain terkenal dengan sentra penghasil kerajinan bambu, Desa Gintangan, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi ternyata juga dikenal dengan pengobatan alternatif. Khususnya, pengobatan patah tulang dan keseleo.

Ahmad Jumali (62), tukang pijat alternatif yang memiliki kemampuan mengobati patah tulang dan keseleo, sudah keliling Nusantara. Pada tahun 2002, Jumali juga pernah ke Swedia untuk mengobati pasien patah tulang di sana selama satu bulan.

Jumali merupakan generasi keempat yang memiliki kemampuan mengobati patah tulang. Sebelumnya, pengobatan patah tulang ini dilakukan oleh Buyut, Mbah, Ayahnya, sampai menurun ke dirinya.

"Mulai 1983, setelah Bapak meninggal, saya yang melanjutkan," jelas Jumali kepada Merdeka Banyuwangi, Kamis (17/11) lalu.

Saat ditemui di rumahnya, Jumali terlihat lelah. Setiap ada waktu senggang, selalu dia manfaatkan untuk beristirahat.
Sebab dalam sehari, pasien patah tulang yang datang ke rumahnya rata-rata bisa mencapai 20 sampai 50 orang. "Sehari bisa sampai 50 orang. Baru saja ada pasien dari Denpasar, Bali. Kalau siang begini biasanya sepi, nanti kalau sudah sore akan ramai lagi," jelasnya.

Rumini (59), Istri Jumali yang selalu mendampinginya menambahkan, saat masih muda hampir setiap minggu Jumali selalu diundang untuk memijat ke luar kota, provinsi, bahkan sampai pernah diajak pasiennya ke Swedia. "Kalau masih muda dulu Bapaknya (Jumali) masih kuat, sering ke luar. Mulai Kendari, Tarakan, Balik Papan, Pekalongan, Bogor, Jakarta. Pokoknya sudah keliling Nusantara. Pas ke Swedia saya juga diajak, di sana sampai satu bulan. Tapi sekarang sudah tua, jadi biar pasiennya saja yang datang ke sini," jelas Rumini.

Di rumah Jumali, terlihat menyediakan tiga kamar untuk pasien-nya yang mau menginap. Tamu-tamunya yang datang, sebagian besar berasal dari Bali, Surabaya, Malang, dan wilayah kota sekitar Banyuwangi.

"Kadang mereka (pasien) datang jam 2 dini hari. Ketok-ketok pintu. Ya saya suruh nunggu dulu. Soalnya kalau Bapak sudah kelelahan kasian, sampai drop kemarin tekanan darahnya," jelas Ibu tiga anak ini.

Tak pakai tarif

Selama mengobati pasien patah tulang, Jumali sudah mendapat pesanan secara turun temurun dari Ayahnya. Menolong orang, tidak boleh meminta imbalan. Apalagi menentukan tarif.

"Saya seiklasnya. Tidak mau menentukan tarif. Sering orang yang kecelakaan patah tulang, tidak punya uang ya tetap saya tangani (obati).  Pedoman saya pokok nulung, jangan sampai minta harga," jelas Jumali.

Metode pengobatan Jumali dilakukan dengan cara memijat dan langsung membenarkan posisi tulang yang patah agar menyambung kembali di posisi tepat. Untuk urusan menjahit bagian yang sobek, Jumali menyuruh untuk dijahit ke Puskesmas atau rumah sakit terlebih dahulu.

"Khusus menangani patah tulang, sama kesleo. Saya tidak pernah diajari Bapak. Semua itu dari Tuhan," ujarnya.

Di Desa Gintangan, kata Jumali, tidak hanya dirinya yang menjadi pemijat untuk memperbaiki posisi patah tulang. "Ada beberapa di sekitar sini. Semua masih saudara sama saya," jelas si Bungsu dari 12 bersaudara ini.

(MH/MUA)
  1. Kesehatan
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA