1. BANYUWANGI
  2. SENI DAN BUDAYA

Tradisi anak-anak Banyuwangi, ngabuburit sambil jualan makanan

Jualan dilakukan anak-anak dengan senang hati. Sambil menunggu berbuka, bisa jualan dan menghasilkan uang.

©2017 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Jum'at, 02 Juni 2017 13:09

Merdeka.com, Banyuwangi - Puluhan Anak-anak membawa keranjang berisi beragam kuliner khas Bulan Ramadan keliling di jalan area Kota Kabupaten Banyuwangi. Anak-anak dengan rentang usia pendidikan sekolah SD hingga SMA tersebut, berburu sore, bermain sambil jualan sepanjang Ramadan.

Kebiasaan jualan sambil berburu sore para anak-anak ini sudah menjadi aktivitas tahunan setiap Ramadan sejak 1980-an. Anak-anak jualan dengan bergerombol, menyusuri trotoar dan memasuki kantor instansi untuk menawarkan dagangannya. Ada kuliner patolah, precet pisang, tahu walik dan kopyor.

"Berangkatnya mulai habis zuhur sampai sore sekaligus senang-senang ngabuburit. Nanti uangnya buat jajan dan beli baju buat lebaran," ujar Mohamad Suryatmaja (12) siswa SD Kampung Melayu saat keliling bersama teman-temannya di kawasan Kalilo, Kelurahan Panderejo, Kamis (1/6).

Sementara itu, Gilang Arya (14) yang sudah duduk di kelas dua bangku SMP 2 Banyuwangi mengatakan, dia mengambil kuliner khas Ramadan dari produsen jajanan, kemudian dijual lagi dengan harga per bungkus Rp 5 ribu. "Biasanya tiap hari bawa 20 bungkus jajanan, nanti keuntungannya kalau habis dapat Rp 50 ribu, nanti kalau dagangannya tidak habis dibantu jualkan sama teman-teman," ujarnya.

Tidak lama kemudian, rombongan anak-anak lain yang sedang jualan melintas. Rata-rata mereka bergerombol sekitar 2-5 anak. Erwin Maulana salah satu anak asal Kampung Melayu yang masih duduk di kelas 4 SD Kepatihan, hari ini membawa 15 bungkus kuliner. Semua laku terjual dengan keuntungan Rp 37.500.

"Kalau saya jualannya juga masuk ke kantor-kantor. Kantor Garuda Indonesia, kantor dinas kesehatan, dinas sosial dan Lapas Banyuwangi," jelasnya.

Selama jualan, Erwin dan teman-temannya tidak merasa malu, sebab aktivitas jualan tersebut seperti menjadi tradisi tersendiri bagi anak-anak di Banyuwangi. "Enggak malu, soalnya semua teman-teman bareng sambil jalan-jalan," ujarnya.

Andi (45) salah satu tukang tambal ban yang bekerja di sekitar Kalilo mengatakan, saat dia kecil juga jualan kuliner khas Ramadan sama seperti anak-anak saat ini. "Tahun 80an saya masih SD juga jualan seperti ini. Tapi kalau dulu jualnya ada yang malam dan sore. Malam jualan ketan, sore jualan kopyor. Kalau saya dulu sambil bantu orang tua, sebagian untuk beli baju lebaran," katanya.

(MH/MUA)
  1. Ramadan 2017
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA