1. BANYUWANGI
  2. GAYA HIDUP

Kesadaran nelayan Pondok Nongko, lindungi sarang bertelur penyu

Para Nelayan lantas mendorong pemerintah desanya agar membuat Peraturan Desa yang melindungi pesisir Kedung Deres.

Penyu. ©2016 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Jum'at, 10 Juni 2016 11:29

Merdeka.com, Banyuwangi - Musim bertelur penyu akan berlangsung sepanjang Bulan Juni hingga Agustus mendatang, Tidak hanya di kawasan yang sepi seperti di Taman Nasional Alas Purwo dan Merubetiri. Sarang-sarang penyu juga ada di Pantai Boom, Cemara, dan Kedung Derus yang berada di dekat Kota Banyuwangi.

Hewan yang terancam punah ini, tidak hanya dilindungi oleh pemerintah, melainkan juga dari kesadaran para nelayan Banyuwangi. Salah satunya kelompok nelayan dari Pondok Nongko, Kecamatan Kabat. Sepanjang musim bertelur penyu, para nelayan terus melakukan pemantauan.

Para nelayan di Pondok Nongko, mulai melakukan gerakan konservasi sejak Januari 2014. Dengan membentuk Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokmaswas) Deling Seganten. Para Nelayan lantas mendorong pemerintah desanya agar membuat Peraturan Desa (Perdes) yang melindungi pesisir Kedung Deres.

“Hasilnya seluas 5 hektar di pesisir pantai dan muaran ini sekarang jadi wilayah konservasi. Melalui kelompok Deling Seganten ada Tim Kecul sebagai koordinator konservasi penyu. Kalau dulu telur-telurnya dijual, saya sendiri pelakunya. Sekarang sudah enggak malah menjaga ini,” jelas Abdulrosyid, salah satu anggota kelompok Deling Seganten beberapa waktu lalu.

Hal ini juga dibenarkan oleh Sunarji, sebagai sekertaris dan Haironi, Ketua Deling Seganten. Saat berkumpul, keduanya menjelaskan semua ini bermula dari kesadaran nelayan sendiri, melihat semakin rusaknya pesisir Pantai Kedung Deres akibat erosi, abrasi dan sampah.

Tempat konservasi penyu buatan nelayan Pondok Nongko
© 2016 merdeka.com/ Mohammad Ulil Albab


Sehingga tak hanya konservasi penyu. Kelompok juga melindungi berbagai satwa di sana, mulai dari burung, ular, buaya dan ikan. Serta melakukan penanaman pohon cemara dan mangrove. Jumlah Anggota Deling Seganten ada 30 orang lebih. Sebagian besar bekerja sebagai nelayan.

“Kami sudah melakukan penanaman seribu pohon cemara, pelepasan seribu tukik. Konservasi penyu dari penangkaran tahun kemarin ada 15 sarang yang dijaga, tahun ini baru tiga sarang. Puncaknya nanti pas bulan Agustus,” jelas Haironi.

Menurut Haironi, kelompok Deling Seganten akan melakukan kontrol penyu, mulai dari bertelur, penjagaan sarang, penangkaran, hingga pelepasan tukik.

“Kontrol penyu kalau ada yang bertelur. Malam hari biasanya penyu naik bertelur, setelah bertelur dipindah ke tempat aman. Biasanya jam 5 sore sampai 5 pagi, jam naiknya penyu,” ujarnya.

Di Pantai Kedung Deres, kata dia, terdapat jenis penyu sisik, penyu hijau dan penyu belimbing yang mau bertelur di sana. “Setelah bertelur, 60 hari kemudian mulai menetas. Paling sedikit 60 butir sampai 125 butir,” ujar Haironi.

Bila Anda ingin melihat sarang-sarangnya, datang saja ke wilayah konservasi Pantai Kedung Deres. Bisa saat sore hari, sambil menunggu buka puasa tiba.

“Jadi konservasi ini, keinginan teman-teman biar ada manfaat buat nelayan. Kalau jadi wisata ya Alhamdulillah, inginnya wisata edukasi. Tapi tidak muluk-muluk, sejauh ini hanya murni ingin konservasi,” ujar dia.

(FF/MUA)
  1. Pariwisata Pantai
  2. Lingkungan
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA