1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Analisis Unibraw: Pangan di Banyuwangi melimpah

Beras, buah dan sayuran di Banyuwangi melimpah. Sampai diekspor ke daerah lain.

©2017 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Rabu, 17 Mei 2017 19:47

Merdeka.com, Banyuwangi - Pusat Studi Pengembangan Pangan Lokal Universitas Brawijaya mengeluarkan hasil analisis neraca ketahanan pangan tahun 2017 di Kabupaten Banyuwangi. Hampir di tiap jenis komoditi pangan, Banyuwangi mencapai angka di atas target Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur.

Teti Estiasih, Ketua Pusat Studi Pengembangan Pangan Lokal Universitas Brawijaya, menjelaskan Banyuwangi memiliki potensi cadangan makanan yang tinggi dalam komoditi beras, perikanan, sayur buah dan kacang-kacangan. Potensi cadangan pangan di Banyuwangi seperti beras, dari satu kelompok usaha rata-rata 70 persen dikirim ke Provinsi Bali.

Sementara kategori sayur dan buah-buahan juga surplus, sebagian besar juga di kirim ke Provinsi Bali, Kota Malang dan Surabaya, Provinsi Jawa Timur. "Kalau Banyuwangi potensinya besar, dan di sini mendukung ketahanan pangan ke daerah lainnya," jelasn Teti, usai memberi materi seminar di Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan, Kabupaten Banyuwangi Rabu (17/5).

Pola ketahanan pangan di Banyuwangi, kata Teti sudah banyak yang melampaui target. Meski sudah membantu kebutuhan komoditi pangan ke luar daerah, sebagian besar masih mengutamakan kebutuhan pangan sendiri, sebelum menyisakan untuk dijual ke luar.

"Apa yang diproduksi di sini ketahanan dikonsumsinya bagus," ujarnya.

Dari 1,6 juta penduduk di Banyuwangi, konsumsi buah dan sayur setiap orang, sudah surplus dengan Rata-rata 306 gram per kapita per hari dari target 230 gram per kapita per hari.

Sedangkan untuk kebutuhan protein, masyarakat Banyuwangi sudah mencapai 60 gram per kapita per hari dari target pemerintah 56,6 gram. Begitu juga dengan buah kelapa. Meski selalu menjadi suplai kebutuhan nasional, namun masyarakat Banyuwangi masih banyak yang mengolah kelapa sebagai minyak goreng. Dari target 3 gram per kapita per hari, Banyuwangi sudah mencapai 4,9 gram per kapita per hari.

"Yang tinggi di wilayah pegunungan, seperti Kecamatan Kabat, Licin dan Sempu. Konsumsi minyak kelapa di Banyuwangi tinggi, itu lebih sehat dibanding minyak sawit," ujarnya.

Sementara itu, anggota Pusat studi pengembangan pangan lokal Universitas Brawijaya, Jaya Mahar Maligan menambahkan pendataan ini selalu rutin di lakukan di beberapa kota, termasuk Banyuwangi. "Survei ini rutin tiap tahun, dan dari tiga tahun terakhir memang tinggi Banyuwangi. Harapan dari pemerintah tahun 2020 hingga mencapai angka 88. Sementara Banyuwangi sudah di angka 87," ujarnya.

(MH/MUA)
  1. Pangan
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA