"Jadi cara kami melestarikan bahasa daerah Osing, sejauh ini sudah ada 18 buku yang berbahasa Osing.Ditulis oleh penulis asli warga Banyuwangi".
Merdeka.com, Banyuwangi - Pegiat budayawan dan masyarakat suku Osing di Kabupaten Banyuwangi secara bertahap terus memperkuat identitas bahasa daerahnya, agar diakui oleh Badan Bahasa dan pemerintah sebagai bahasa tersendiri.
Kepala Bidang Pusat Pengembangan dan Perlindungan, Badan Bahasa Jakarta Ganjar Harimansyah menyampaikan, bahasa Osing masih memiliki banyak persamaan dengan bahasa Jawa, sementara untuk menjadi bahasa sendiri, harus memiliki perbedaan bahasa hingga 80 persen.
"Sementara bahasa Osing perbedaannya masih 30 persen dengan Jawa. Dibandingkan Madura, Surabaya dan sekitarnya, di Banyuwangi masih ada dua bahasa (etnik provinsi) Jawa dan Madura, tidak bisa dipungkiri," ujar Ganjar saat memberikan materi pembuatan Kamus kepada warga Osing di Kampus Untag Banyuwangi, pekan lalu.
Dari situ, kata Ganjar, warga Banyuwangi masih harus berjuang keras untuk memperkaya pembendaharaan bahasa Osing sendiri. Caranya dengan membuat pembendaharaan bahasa baru melalui serapan bahasa daerah lain atau asing.
"Harus banyak mengolah kata, leksikon (proses pembentukan kata). Kalau menyerap bahasa harus kuat dialeg Osing, pengucapan. Jadi mohon maaf, Osing masih jauh dari bahasa sendiri dan dialeg, ini akademis ya," terangnya.
Pada dasarnya, agar bisa menjadi bahasa tersendiri, masyarakat Osing di Banyuwangi masih perlu banyak perjuangan dari regenerasi bahasa kepada yang lebih muda melalui pendidikan dan keseharian, disamping membuat pijakan modul ejaan serta kamus bahasa Osing lebih lengkap.
"Agar diakui oleh orang luar, akademisi, bukan hanya diri sendiri. Kamus harus segera dibuat, karena penjaga penutur using seperti angkatan Pak Hasnan (salah satu Budayawan tua di Banyuwangi) tinggal berapa? Ini harus dikumpulkan," jelasnya.
Sementara itu, komunitas pegiat budaya Sengker Kuwung Banyuwangi telah berupaya membuat dan merangkul generasi muda untuk membuat karya berbahasa Osing, mulai dari cerpen, puisi, novel dan jurnal.
"Jadi cara kami melestarikan bahasa daerah Osing, sejauh ini sudah ada 18 buku yang berbahasa Osing. Ditulis oleh penulis asli warga Banyuwangi," terang Ketua Sengker Kuwung Banyuwangi, Antariksawan Yusuf.
Pihaknya juga sering membuat pelatihan untuk memperkuat kesusastraan bahasa Osing. Beberapa karyanya juga dilombakan dan bekerjasama agar karya berbahasa Osing dimuat melalui media massa.
"Ada novel, cerpen dalam berbahasa daerah Osing. Jadi ini adalah usaha kami untuk melestarikan bahasa Osing. Termasuk juga hari ini pelatihan menyusun kamus untuk mengembangkan kamus bahasa Osing yang sebelumnya sudah ada, disusun oleh Hasan Ali pada tahun 2002 lalu," katanya.