Banyuwangi memanfaatkan data untuk mengatasi kemiskinan secara terfokus dan detil sesuai karakteristik kemiskinan di masing-masing kawasan.
Merdeka.com, Banyuwangi - Pemkab Banyuwangi memperkuat kolaborasi dengan ahli dan pelaku statistik untuk menjalankan program pembangunan. Data statistik yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) menjadi dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan.
"Karena tanpa data, pasti programnya keliru. Keberadaan Forum Masyarakat Statistik bisa meningkatkan kualitas data statistik yang akan berkorelasi ke pengembangan daerah," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat membuka lokakarya Forum Masyarakat Statistik (FMS) di Banyuwangi, Selasa (10/4).
FMS adalah lembaga yang terdiri atas unsur pemerintah, praktisi, dan pakar yang bertugas memberi pertimbangan berbagai aspek statistik kepada BPS. Acara tersebut dihadiri Ketua FMS Prof Bustanul Arifin, Sekretaris Utama BPS Adi Lumaksono, Guru Besar IPB D.S Priyarsono, Deputi Ekonomi Bappenas Leonard Tampubolon, dan Kepala BPS se-Jatim.
Anas mengatakan, Banyuwangi memanfaatkan data untuk mengatasi kemiskinan secara terfokus dan detil sesuai karakteristik kemiskinan di masing-masing kawasan.
"Karena setiap kecamatan berbeda-beda penduduk dan kulturnya, jadi obatnya juga beda. Nah itu kita tahunya dari BPS. Maka benar sekali bahwa data itu mencerdaskan bangsa. Kita cari modal pembangunan itu ya dari data statistik," ujar Anas.
Banyuwangi juga menyusun data digital melalui aplikasi Jalin Kasih yang berisi data penduduk miskin berbasis geospasial dengan permasalahan kemiskinannya masing-masing.
"Kami memvalidasi data statistik lalu membuatnya jadi data digital. Dengan begini semua orang bisa mengakses data warga miskin dan ikut membantu mengentaskannya lewat program-program seperti donasi makanan bergizi, beasiswa, bedah rumah dan sebagainya," ujar Anas.
Angka kemiskinan Banyuwangi sendiri terus menurun hingga level 8,64 persen pada 2016, di bawah rata-rata Provinsi Jatim yang masih di atas 11 persen.
Sekretaris Utama BPS Adi Lumaksono mengatakan, Banyuwangi adalah salah satu daerah di Indonesia yang paling banyak memanfaatkan data.
"Data berfungsi sebagai informasi yang menjadi dasar dalam mengambil keputusan. Ibaratnya kalau orang mengambil keputusan tanpa data bagaikan jalan di kegelapan. Dengan data baik rencana maupun hasil kebijakan lebih terukur," kata Adi.
Selama ini, Banyuwangi menilai obyektif terhadap data yang dihasilkan BPS. Datanya buruk atau baik tidak ada intervensi atas hasil tersebut.
"Justru kalau ada hasil kurang menyenangkan, misalnya di satu kecamatan angka kemiskinannya tinggi, itu menjadi dasar perbaikan," cetusnya.
Ketua FMS Bustanul Arifin mengatakan, lokakarya FMS digelar di Banyuwangi sebagai apresiasi atas perkembangan daerah tersebut.
"Banyuwangi juga sentra produksi beras sampai surplus. Ini selaras dengan tema yang kita angkat tentang pembenahan statistik data produksi beras," katanya.