1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Lebih murah, sapi asal Bali jadi primadona untuk hewan kurban

"Banyak sapi-sapi dari Bali yang ‎dikirimkan dipalsukan dokumennya, sehingga tak terdeteksi oleh pihak keamanan," kata Agus.

Sapi Bali. ©2016 Merdeka.com Reporter : Mochammad Andriansyah | Jum'at, 02 September 2016 17:52

Merdeka.com, Banyuwangi - Jelang Hari Raya Idul Adha 1437 Hijriyah, pengiriman sapi ras Bali ke Jawa meningkat. Bahkan, hewan kurban jenis ini juga menjadi primadona di luar Jawa, seperti Kalimantan dan Sumatera. Sebab, selain harganya lebih murah dagingnya juga banyak.

Menurut distributor hewan asal Banyuwangi, Jawa Timur, Agus Supriyadi, menjelang Hari Raya Kurban 2016 ini sudah ada sekitar 50 ribu ekor sapi asal Bali menyeberang ke Jawa melalui Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.

"Beberapa sapi asal Bali memang sengaja kita datangkan ke Banyuwangi. Karena memang jelang Idul Adha ini permintaannya banyak. Kemudian sapi-sapi ini kita kirim ke beberapa kota seperti ke Batam, Pekanbaru, Lampung, Jakarta dan Kalimantan," terang Agus, Jumat (2/9).

Agus juga menjelaskan, kenapa hewan asal Pulau Dewata ini menjadi primadona jelang Idul Adha. Sebab, sapi-sapi kurban berciri kulit coklat agak kehitaman tersebut lebih murah dibanding sapi jenis lainnya.

Sapi asal Bali berbobot antara 250 hingga 850 kilogram, dibanderol antara Rp 15 juta sampai 25 juta rupiah. Di Bulan Haji ini, kata Agus, harga sapi asal Bali meningkat. Harga daging sapi dihitung bobot hidup bisa sampai Rp 10 ribu per kilogramnya.

"Tak hanya itu, daging sapi asal Bali lebih banyak dibandingkan sapi lain. Daging sapi asal Bali sekitar 65 persen dari bobot hidup. Sementara sapi jenis limousin hanya 55 persen sisanya tulang. Harganya juga mahal, yaitu antara Rp 35 juta sampai 50 juta rupiah," katanya.

Sayangnya, untuk mendapatkan sapi asal Pulau Dewata ini, menurut Agus bukan perkara mudah. Sebab, dia harus berburu hingga Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Tapi kebanyakan stok sapi yang kita dapat berasal dari Bali, yaitu dari Jembrana dan Kintamani. Bedanya, jika ‎sapi yang kita dapat langsung dari Bali ukurannya lebih besar karena dirawat. Kalau yang dari NTB dan NTT lebih kecil dilepasliarkan."

Agus juga menyayangkan tingginya permintaan sapi asal Bali ini, berimbas pada makin banyaknya penyelundupan. Sapi-sapi Bali banyak yang dikirim tanpa disertai berkas-berkas dan melalui karantina. "Banyak sapi-sapi dari Bali yang ‎dikirimkan dipalsukan dokumennya, sehingga tak terdeteksi oleh pihak keamanan," tuturnya.

Dia berharap adanya pengawasan lebih ketat dari pihak balai karantina. "Ya jangan sampai sapi sakit dikirim ke Jawa atau daerah lain," ujarnya.

(MT/MA)
  1. Peristiwa
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA