"Harus bekomunikasi dengan baik, melakukan sosialisasi dengan baik," ujar Arief.
Merdeka.com, Banyuwangi - Menteri Pariwisata, Arief Yahya memberi masukan agar proses pembangunan fasilitas umum di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Ijen, bisa memperkuat koordinasi.
Hal ini disampaikan Arief saat merespons terkait protes masyarakat terhadap pembangunan di puncak Gunung Ijen, yang dinilai merusak kealamian dan keindahan wisata.
"Yang saya harus kasih masukan adalah bupati, Kementrian LHK. Harus bekomunikasi dengan baik, melakukan sosialisasi dengan baik. Yang satunya maksudnya sangat baik. Kita juga yang protes setiap saat kalau ke sana tidak ada toilet, tidak ada musola," ujar Arief kepada sejumlah wartawan di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Kabupaten Banyuwangi, Sabtu (11/11).
Pembangunan fasilitas umum di Gunung Ijen, dikerjakan oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur sejak 2016 hingga 2018 dengan total anggaran dari Kementerian LHK sebesar Rp 13 miliar.
Sejumlah fasilitas yang akan dibangun BKSDA dengan harapan agar pengunjung lebih nyaman, antara lain, pendopo di puncak, ruang kesehatan, pagar pengaman bibir kawah, embung air, dan tandon air. Selain itu, ada musholla, lahan parkir, ruang intepretasi wisata, tempat pantau satwa, pos pengendalian kebakaran, camping ground, perbaikan jalur pendakian dan fasilitas lainnya.
"Kalau mau turun ke blue fire sangat bebahaya itu yang dikerjakan. Satu pegangan tangan kalau kita turun, yang kedua toilet. Masalahnya tempat, harusnya dikomunikasikan, didiskusikan dengan baik. Saya sudah ketemu menteri LHK. Bahwa itu tidak pada jalur pendakian," jelas Arief.
Beberapa pekan ini, sejumlah masyarakat dan netizen memberikan kiritik terkait pembangunan fasilitas, khususnya di puncak Gunung Ijen yang dinilai terlalu dekat dengan area bibir kawah Ijen.
"Tetapi kan masih ada yang memberikan masukan untuk menghilangkan kata kata protes, sebaiknya jangan di situ (tempatnya)," terangnya.