"Kemarin ada yang pesan pakai cabai sampai 15 biji. Katanya semakin banyak cabainya semakin enak rasanya," kata Suriana.
Merdeka.com, Banyuwangi - Rujak kuah pindang, kuliner yang terkenal di Bali ini ternyata juga ada di Banyuwangi. Namanya Suriana, penjual rujak di lapak sederhananya di pinggir Jalan Wijaya Kusuma, Kelurahan Giri, Kecamatan Giri, Banyuwangi.
Bagi warga Banyuwangi, rujak ini sudah tidak asing lagi. "Yang beli ya biasa saja. Karena mungkin mereka sudah paham," ujar Suriana kepada Merdeka Banyuwangi, Selasa (8/11) sambil membuat rujak kuah pindang.
Tidak jauh berbeda dengan rujak cemplung dan rujak kecut, bumbu yang digunakan juga menggunakan irisan terasi, gula pasir, garam dan cabai rawit. Yang membuat berbeda, setelah digerus halus di atas cobek, baru kemudian disiram dengan air kuah pindang.
Suriana mengatakan, kuah pindang ini diambil dari proses memasak pindang ikan segar. Kuah hasil memasak pindang inilah yang digunakan sebagai campuran rujak. "Saya jualan baru satu minggu. Biasanya sampai habis dua liter kuah pindang per harinya," ujarnya.
Setelah kuah pindang tercampur rata dengan bumbu rujak, selanjutnya irisan aneka buah mulai dari jambu air, bengkoang, mentimun, kedondong dan pepaya, dimasukkan ke dalam piring. Baru kemudian diguyur bumbu rujak kuah pindang yang diserok dari adonan cobek.
Soal rasa, kuliner yang satu ini sangat pas dinikmati saat siang hari. Kuah pindang yang sudah tercampur menjadi satu dengan rujak, menjadi ciri khas dari rujak ini.
Rasa aroma daging ikan laut cukup terasa, namun tidak terlalu mendominasi. Rasa manis dan pedas bercampur kuah pindang yang dimakan dengan aneka buah-buahan justru kian terasa segar dan gurih.
"Kemarin ada yang pesan pakai cabai sampai 15 biji. Katanya semakin banyak cabainya semakin enak rasanya. Bisa jadi obat sakit kepala," ujarnya menegaskan.